Puncak Musim Ikan Teri, Pemilik Perebusan Olah Dua Ton
Editor: Satmoko
LAMPUNG – Puncak musim tangkapan teri atau dikenal masyarakat nelayan Muara Piluk dengan sebutan “along teri” mulai terjadi pada pertengahan bulan April.
Ambo Ajja (45), salah satu pemilik kapal bagan congkel dan usaha perebusan teri di dusun Pegantungan mengaku, sebagian besar nelayan bagan congkel tengah along teri dan cuaca dalam kondisi bagus. Rata-rata pemilik bagan congkel disebutnya bahkan memperoleh sekitar 150 hingga 200 basket saat mendarat.
Along teri diakui Ambo Ajja sekaligus memberi bahan baku bagi pemilik usaha perebusan teri jengki, japu, kembung dan ikan perek. Pemilik bagan congkel dengan waring teri bisa mengangkat per malam berangkat sore pulang pagi rata-rata satu hingga dua ton ikan teri.
Ikan teri tersebut selanjutnya dibawa ke tempat perebusan teri untuk diolah menjadi teri rebus. Sebagian dibeli oleh nelayan tradisional untuk dibuat menjadi ikan teri tawar terutama oleh warga di sekitar dermaga Muara Piluk.

Ambo Ajja menyebut harga per basket teri jengki dibeli dengan harga Rp170.000 dengan berat rata-rata 15 kilogram. Saat puncak masa along teri Ambo Ajja bahkan menyebut, menyiapkan sebanyak 2 ton ikan teri untuk diolah, sebagian dikirim ke wilayah Labuhan Maringgai Lampung Timur dan wilayah Kalianda.
Dalam kondisi kering, teri rebus dijual dengan harga Rp40.000 hingga Rp50.000 per kilogram sementara teri tawar bisa dijual dengan harga Rp70.000 hingga Rp80.000 per kilogram.
”Hasil tangkapan teri yang melimpah menguntungkan pemilik bagan congkel dengan hasil puluhan juta sekali melaut, tukang ojek ikan juga memperoleh penghasilan tambahan dan pembuat teri bisa beroperasi,” papar Ambo Ajja, pemilik bagan congkel sekaligus pemilik usaha pembuatan teri rebus di Bakauheni, Sabtu (14/4/2018).
Ambo Ajja menyebut usaha pembuatan teri rebus juga didukung oleh kondisi cuaca yang panas untuk penjemuran teri. Hasil tangkapan ikan teri pemilik bagan congkel juga dialami oleh nelayan pencari cumi.