Turki Sebut Pasukannya Tidak Akan Tinggal di Afrin

Ilustrasi wilayah Suriah - Foto: Dokumentasi CDN

ANKARA – Pasukan Turki diinstruksikan mundur dari kawasan Afrin di perbatasan Suriah setelah menyerahkan wilayah tersebut kepada pemilik sebenarnya. Ankara menyebut, penyerahan bisa dilakukan setelah wilayah itu bersih dari para pelaku terorisme.

Turki dan para sekutunya masuk ke ibu kota regional yang juga disebut Afrin pada Minggu (18/3/2018). Mereka mengibarkan bendera-bendera di pusat kota dan menyatakan kendali penuh setelah operasi selama delapan pekan terhadap milisi YPG Kurdi.

“Kami tidak akan tetap di sana (di Afrin) dan kami tentu saja bukan pelaku pendudukan. Tujuan kami ialah menyerahkan kawasan itu kembali kepada pemilik sebenarnya setelah membersihkannya dari para teroris,” kata Deputi Perdana Menteri Tukir Bekir Bozdag, Senin (19/3/2018).

Pertempuran untuk menguasai Afrin, wilayah yang pernah damai di bagian barat laut Suriah tersebut, telah membuka fron baru. Yaitu, perang saudara yang memiliki beragam latar belakang etnis di Suriah. Kondisi tersebut memperlihatkan peran besar yang dimiliki kekuatan-kekuatan asing seperti Turki.

Observatorium Suriah bagi Hak Asasi Manusia menyebut, lebih dari 150.000 orang telah meninggalkan Afrin dalam beberapa hari terakhir karena perang yang berkecamuk.

Bozdag mengatakan, penguasaan kota Afrin sebagai bagian dari Operation Olive Branch dan berhasil mengurangi ancaman-ancaman secara signifikan terhadap perbatasan-perbatasannya. Hal tersebut menjadi operasi lintas batas kedua Turki ke Suriah dalam perang saudara yang telah berlangsung selama tujuh tahun.

Operasi pertama yang diberi nama Euphrates Shiled, menyasar apa yang Ankara sebut sebuah koridor teror bentukan Islamic State (IS) dan para pejuang Kurdi ke sebelah timur dari Afrin di sepanjang garis depan bagian selatannya dengan Suriah.

Lihat juga...