Selamat Jalan Pak Probo – Sepenggal Kisah dari Sulawesi Tengah
Oleh Joko Intarto*
Peristiwa ini sebenarnya sudah terjadi cukup lama. Kira-kira tahun 1994. Tiba-tiba kejadian itu terlintas dalam ingatan saya. Gara-gara membaca berita wafatnya Pak Probosutedjo. Adik almarhum HM Soeharto, Presiden RI kedua Republik Indonesia.
Saya tidak kenal dekat dengan Pak Probo. Seumur-umur hanya bertemu dua kali saja. Dua-duanya terjadi di kota Palu, Sulawesi Tengah. Pada rentang tahun 1994 itu.
Pertemuan pertama terjadi saat Pak Probo berkunjung ke Luwuk. Kabupaten di Sulawesi Tengah yang dikenal sebagai daerah penghasil mutiara alam bermutu tinggi. Banyak pengusaha dari Jakarta membuka usaha mutiara di sana. Berkongsi dengan perusahaan Jepang.
Pak Probo saat itu tidak hendak berbisnis mutiara. Dia datang untuk berinvestasi di perkebunan pisang cavendis. Konon serat batang pisang itu digunakan untuk bahan baku kertas uang. Juga kertas berharga lainnya.
Pak Probo sempat datang ke kantor koran “Mercusuar” yang dulu saya pimpin. Hanya sebentar. Pak Probo menjemput seorang wartawan saya untuk diajak meliput lokasi perkebunan tersebut.
Perhatian Pak Probo dengan wartawan memang cukup istimewa. Karena itu, dia merasa perlu menjemput sendiri dan mengajak wartawan naik mobilnya selama peliputan.
Sepulang dari liputan, wartawan saya melapor. Dia menyerahkan jam tangan pemberian Pak Probo. Sebagai kenang-kenangan.
Jam tangan itu saya terima. Kemudian saya serahkan kembali kepada wartawan tersebut.
“Sampaikan salam kepada Pak Probo. Jam tangan sudah diterima kantor. Sekarang Anda menerima jam tangan itu dari kantor. Bukan dari Pak Probo,” kata saya.
Beberapa bulan kemudian Pak Probo datang ke kantor saya lagi. Masih dalam urusan perkebunan pisang cavendis itu. Mengajak wartawan saya lagi.