Petani Tambaksari Cilacap Tunda Jual Gabah
CILACAP — Petani di Desa Tambaksari, Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah, memiliki kebiasaan menunda penjualan gabah hasil panen mereka, kata Ketua Gabungan Kelompok Tani “Sri Martani” Wasimun (65).
“Petani di Kecamatan Kedungreja berbeda dengan petani di Kecamatan Maos atau lainnya. Kalau di sini (Desa Tambaksari, Kecamatan Kedungreja), enggak ada yang menjual gabah basah, sedangkan di Maos dan kecamatan lainnya kadang padi belum dipanen sudah ada yang menebas,” katanya di Desa Tambaksari, Kecamatan Kedungreja, Cilacap, Minggu (4/3).
Menurut dia, petani di Desa Tambaksari lebih memilih mengeringkan gabah hasil panen mereka untuk disimpan dan dijual ketika harganya sedang tinggi.
Selain itu, kata dia, sebagian gabah kering yang disimpan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Karena tidak ada yang menjual gabah basah, lanjut dia, banyak petani di Desa Tambaksari yang tidak tahu harga kering panen itu di pasaran.
“Kami tahunya harga gabah kering giling karena tidak pernah menjual gabah kering panen. Harga gabah kering giling di Desa Tambaksari saat ini berkisar Rp5.000,00–Rp5.500,00 per kilogram,” katanya.
Wasimun mengakui jika harga gabah kering giling di Desa Tambaksari masih tinggi dan di atas harga pembelian pemerintah berdasarkan Instruksi Presiden Nomor 5 Tahun 2015 yang sebesar Rp4.650.00/kg.
Kendati demikian, dia mengatakan bahwa harga gabah kering giling itu cenderung mengalami penurunan setelah sempat mencapai Rp7.000,00/kg.
“Mungkin dalam beberapa waktu ke depan akan turun karena pertengahan bulan Maret ini memasuki panen raya,” katanya.
Petani lainnya, Mukholik Mad Suparno (66), mengatakan bahwa saat panen raya, pedagang dari Jawa Barat banyak yang berburu gabah di Desa Tambaksari dan sekitarnya karena wilayah itu berbatasan dengan Jabar.