Petani Sukabumi Gunakan Model Ramah Lingkungan

Pengolahan limbah ternak untuk pupuk, ilustrasi -Dok: CDN

SUKABUMI — Petani yang berada di lereng Gunung Salak di Kampung Nangerang, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat, menggunakan konsep atau model ramah lingkungan sehingga hasil panennya melimpah.

“Pertanian ramah lingkungan penting diterapkan di semua lahan pertanian, salah satunya di Desa Pulosari, Kecamatan Kalapanunggal. Selain dapat mengoptimalkan hasil, juga dapat memperbaiki struktur tanah yang rusak akibat penggunaan pupuk kimia,” kata praktisi pertanian Andri Hamzah di Sukabumi, Senin (19/3).

Menurutnya, penggunaan pupuk kimia yang digunakan secara berlebihan pada dasarnya dapat mengubah hidrogen (pH) tanah, membunuh mikroorganisme baik dan menghambat penyerapan zat hara oleh akar.

Dalam pertanian ramah lingkungan, petani lebih dianjurkan menggunakan pupuk organik karena lebih banyak manfaatnya. Selain ramah lingkungan, pupuk organik secara ekologi, ekonomi, dan sosial, lebih menguntungkan.

Ia mengatakan, sekarang banyak dikenal berbagai jenis pupuk organik seperti pupuk hijau, kandang, kompos, dan organik cair. Pihaknya juga kerap memberikan pelatihan kepada petani bagaimana cara membuat pupuk kompos dari bahan kotoran domba.

Pertanian ramah lingkungan merupakan usaha pertanian yang bertujuan untuk memperoleh produksi optimal tanpa merusak lingkungan, baik secara fisik, kimia, biologi, maupun ekologi.

“Model bertani seperti ini pada dasarnya memiliki lima pilar yaitu produktif, menguntungkan dalam jangka panjang, diterima masyarakat, tidak menimbulkan kerusakan tanah dan air, serta memiliki risiko yang kecil,” ujarnya.

Ketua Social Conservation Indonesia (SCI) TA Pamungkas menambahkan pihaknya banyak melaksanakan kegiatan “workshop” di Kampung Nangerang yang merupakan rangkaian dari Program Swadesi (Prakarsa Warga menuju Desa Lestari) dalam subprogram pertanian ramah lingkungan.

Lihat juga...