Bantuan yang diberikan dan sangat dibutuhkan koperasi bukan uang, lanjut Yakobus, tetapi memberikan pendidikan, pelatihan serta studi banding bagi anggota koperasi yang selama ini tidak pernah diberikan. Pendampingan dengan memberikan keterampilan sangat dibutuhkan oleh anggota.
“Kita lihat di DPRD Sikka tidak ada pembahasan tentang koperasi khususnya terkait bantuan kepada anggota koperasi. Pemerintah juga belum memiliki program untuk koperasi, belum ada sinergi padahal keterampilan anggota menjadi penting bagi anggota,” sebutnya.
Pihaknya, lanjut Yakobus, bukan mengkritik tetapi berharap koperasi yang murni swadaya perlu juga ada perhatian pemerintah. Khususnya, bagi anggota koperasi yang anggotanya banyak berasal dari kelas menengah ke bawah. Masyarakat jangan dibiarkan berjalan sendiri sebab ini juga menjadi tugas pemerintah.
Pater Leo Kleden, SVD mengapresiasi apa yang dilakukan oleh KSP Kopdit Pintu Air sebagai sebuah gerakan yang awalnya diperkenalkan para pastor koperasi sudah mulai menggeliat di Indonesia dan berkembang pesat.
“Dari namanya, Pintu Air merupakan pertemuan antara sejumlah mata air dan air tersebut dialirkan lagi. Koperasi ini telah menjadi sebuah gerakan koperasi yang besar dengan anggota yang berasal dari kalangan menengah ke bawah seperti nelayan, petani dan buruh,” tuturnya.
Gerakan koperasi, kata Pater Leo, awalnya didirikan hanya untuk menyaingi kelompok kapitalis. Kelompok masyarakat kecil ini yang perlu mendapat perhatian dan diberdayakan. Sebab dengan semangat kebersamaan dan gotong royong semua bisa kuat dan mencapai kesejahteraan.