Gapperindo Menduga Harga Gambir di Sumbar Dipermainkan

PADANG – Tidak stabilnya harga gambir di Sumatera Barat (Sumbar) dari tahun ke tahun disinyalir karena dipermainkan pihak tertentu. Ketua Gabungan Asosiasi Petani Perkebunan Indonesia (Gapperindo) Sumbar Irman ada pihak yang menginginkan keuntungan besar dari fluktasi harga tersebut.

“Ada pihak tertentu yang diduga menginginkan keuntungan besar dengan modus terlebih dahulu memberikan pinjaman kepada petani gambir,” katanya di Padang, Minggu (25/3/2018).

Pada 2016, harga gambir tertinggi Rp55.000 per kilogram, di 2017 mencapai Rp105.000 per kilogram, dan di Maret 2018 harga gambir anjlok menjadi Rp19.000 per kilogram di tingkat petani. Harga gambir yang tinggi di 2017 disebabkan adanya wacana dari PT Perusahaan Perdagangan Indonesia (PPI) yang akan membeli gambir rakyat dengan harga yang lebih baik.

Wacana tersebut membuat pihak yang mempermainkan harga menjadi cemas dan menaikkan harga gambir. Namun hingga saat ini, wacana tersebut belum dapat terealisasi secara optimal yang menyebabkan harga gambir kembali menjadi tidak menentu.

Masuknya pihak yang menginginkan keuntungan besar itu langsung ke lokasi sentra gambir seperti di Kabupaten Limapuluh Kota dan Pesisir selatan sudah diketahui banyak pihak. “Namun petani terdesak uang sehingga mau menerima tawaran tersebut,” ujarnya.

Gapperindo mengakui hal ini terjadi juga karena tidak adanya regulasi yang mengatur tata cara jual beli komoditas tersebut apalagi untuk pihak yang akan mengekspor. Para spekulan memanfaatkan kondisi tanpa regulasi tersebut dengan membeli gambir dengan harga murah dan menjualnya untuk asing dengan harga tinggi.

Lihat juga...