Belajar Budaya Maluku di TMII

Editor: Satmoko

Di Rumah Baileo tak ketinggalan dipamerkan diorama keindahan alam berbagai tumbuhan yang dipadukan dengan berbagai satwa. Seperti cendrawasih, kasuari soa-soa dan kuskus.

Ragam tumbuhan laut dilengkapi berbagai bentuk perahu, seperti krumbai dan semang, alat penangkap ikan serta rakit untuk peternakan mutiara.

Di sebelah kiri Rumah Baileo terdapat Rumah Latu atau Rumah Raja berbentuk segi empat. Rumah Latu ini menurut Yusten, mempunyai serambi untuk menerima tamu pria, ruang tengah untuk menerima tamu wanita, dan kamar tidur.

Sedangkan ruang belakang berfungsi sebagai ruang makan, duduk, dan dapur. Rumah Latu di Anjungan Maluku TMII ini berfungsi sebagai kantor. “Aslinya Rumah Latu ini berfungsi sebagai tempat tinggal raja,” kata Yusten.

Anjungan Maluku, menurutnya, tidak pernah sepi pengunjung setiap harinya, apalagi Sabtu dan Minggu maupun libur sekolah. Bahkan, selalu ada kunjungan dari sekolah dan univeristas juga wisatawan asing yang ingin belajar seni budaya Maluku.

Yusten berharap ke depan adat budaya provinsi Maluku lebih dikenal lagi oleh masyarakat Indonesia. Dengan HUT ke 43 TMII, dia juga berharap pelestarian seni budaya bangsa lebih bergema lagi tidak hanya di kancah nasional tapi internasional.

Harapan terakhir Yusten, adalah agar pemerintah Maluku lebih maksimal lagi mengucurkan anggaran untuk pelestarian seni budaya daerah di anjungan ini. Sehingga sanggar berkesenian di Anjungan Maluku yang sudah dua tahun vakum bisa bangkit lagi.

“Terkendala anggaran, diharapkan ke depan sanggar seni budaya bangkit lagi di Anjungan Maluku ini,” pungkasnya.

Lihat juga...