BAZNAS: Perkembangan Zakat di Indonesia, Signifikan
Editor: Koko Triarko
JAKARTA – Direktur Pusat Kajian Strategis BAZNAS, Irfan Syauqi Beik, mengatakan, perkembangan zakat di Indonesia sangat signifikan. Dari sisi pertumbuhan sejak 2002-2017, meningkat sebesar 35 persen. Meskipun dalam lima tahun terakhir pertumbuhannya hanya sekitar 25 persen.
“Yang menarik, orang Indonesia itu kalau bisa kita sentuh, semangat berbaginya itu potensinya sangat bagus untuk dikembangkan,” kata Irvan, pada acara Islamic Economic & Finance Present And Future di Sentra Senayan III, Jakarta, Senin (19/3/2018).
Karena, jelas dia, dari data tahun 2016, jumlah dana zakat yang BAZNAS himpun sebesar Rp5 triliun, ternyata konstribusi muzzaki itu jumlahnya tidak banyak, hanya sekitar 350 ribu orang.
Baca: Perkembangan Gaya Hidup Halal Indonesia Masih Stabil
Ini artinya adalah setengah persen kurang dari jumlah rumah tangga nasional yang sebanyak 67 juta. Menurutnya, kalau dikali 10 saja, maka 5 persen saja yang berzakat lewat lembaga bisa mencapai Rp50 triliun. Begitu juga 10 persen bisa mencapai Rp100 triliun dan 200 persen mencapai kisaran dana zakat Rp200 triliun.
Menurutnya, kalau ini bisa dikembangkan dengan baik, sebenarnya Indonesia punya potensi dana kalau umat Islam itu melaksanakan kewajiban berzakat lewat lembaga, tidak sendiri-sendiri.
Kemudian dari sisi penyaluran dana yang ada tersebut, yang paling besar adalah untuk fakir miskin sekitar 6 juta jiwa atau 89 persen. “Memang trennya agak berbeda dibandingkan Malaysia, yang paling besar itu fisabilillah, sementara Indonesia lebih besar untuk asnaf fakir miskin,” ujarnya.
Sedangkan hak amil walaupun secara fatwanya adalah seperdelapan, tapi secara nasional hak amil yang digunakan sebesar 7 persen. Yakni paling besar masih di sisi kemanusiaan.