Sepi Pembeli, Pengusaha Batu Bata Beralih Dagang Buah Keliling

Editor: Satmoko

LAMPUNG – Lesunya penjualan batu bata di wilayah Kecamatan Palas Kabupaten Lampung Selatan, membuat sejumlah produsen batu bata memilih menghentikan proses pembuatan batu bata sembari menunggu permintaan akan batu bata meningkat.

Rasta (40) salah satu pembuat batu bata di Dusun Kuningan Desa Tanjungsari Kecamatan Palas mengaku, dirinya memilih beralih usaha sementara waktu sebagai pembeli buah-buahan dari petani pemilik kebun buah durian, rambutan dan duku.

Rasta menyebut sebagai pembuat batu bata dirinya mengaku sudah mencetak batu bata sebanyak 40.000 buah sebagian di antaranya 15.000 sudah dibakar dan dibeli oleh konsumen yang akan membeli batu bata sebagai bahan bangunan. Meski demikian ia menyebut, sisa batu bata sebanyak 25.000 masih disimpan di tempat pembakaran (tobong) menunggu pembeli.

Selesainya warga terimbas proyek Jalan Tol Trans Sumatera (JTTS) membuat sejumlah masyarakat mulai berkurang membangun rumah, berakibat permintaan batu bata menurun dengan rata-rata permintaan 5.000 hingga 10.000 batu bata, kini semakin merosot.

Yeni salah satu pembeli buah durian memilih durian yang dijual oleh Rasta [Foto: Henk Widi]
Meski demikian sejumlah perajin batu bata memilih membuat batu bata dalam jumlah banyak sebagai stok dan bisa dibakar sewaktu-waktu saat dibutuhkan. Meski harga per seribu buah batu bata Rp300.000, namun sepinya permintaan membuat ia memilih berhenti berproduksi sementara waktu.

“Karena permintaan batu bata sedang sepi bertepatan dengan musim buah di antaranya durian, rambutan dan duku saya sepakat bersama istri beralih bisnis jual beli buah-buahan,” terang Rasta warga Desa Tanjungsari Kecamatan Palas, saat ditemui Cendana News tengah melayani pembeli buah durian, Selasa (6/2/2018).

Lihat juga...