Reboisasi Amankan Warga Penengahan dari Banjir Tahunan

Editor: Satmoko

Pasca banjir lima tahun silam, kesadaran warga untuk menjaga bantaran sungai mulai dilakukan dengan menanam pagar hidup. Pagar hidup terbuat dari bambu dan kini menjadi hutan bambu dan hutan jati ambon serta jati putih berjajar di sepanjang aliran sungai. Meski kerap terjadi banjir akibat intensitas hujan tinggi air tidak meluap ke perumahan warga.

“Adanya hutan bambu selain sebagai penyerap air juga menjadi pencegah longsor di bantaran sungai, bambu juga kami manfaatkan sebagai bahan bangunan,” terang Hendra.

Pentingnya lahan resapan air dengan melestarikan daerah aliran sungai juga diakui Marsim (40). Petani pemilik lahan tepi sungai Way Pisang tersebut bahkan menanam sekitar 500 tanaman jati ambon. Berkat tanaman jati ambon tersebut aliran air hujan selalu terserap ke tanah dan tidak mengalir ke sungai menyumbang debit air tinggi penyebab banjir.

“Warga trauma dengan banjir akibat penebangan pohon dan tidak menjaga tanaman di bantaran sungai, kini semenjak banyak tanaman bambu dan reboisasi jarang terjadi banjir,” beber Marsim.

Marsim bahkan menyebut, kesadaran tersebut mulai dilakukan warga di dekat area Gunung Rajabasa. Penanaman kembali lahan yang sudah dirombak dengan berbagai jenis tanaman kayu ikut membantu peresapan air. Sebagian tanaman produktif seperti kemiri, durian, dan jengkol ikut memberi sumber ekonomi penanamnya.

Marsim menyebut, sengaja menanam jati ambon serta tanaman lain sebagai tanaman investasi. Selain itu dirinya memanfaatkan tanaman jati ambon sebagai tanaman konservasi. Selain mencegah longsor kawasan tepi sungai, keberadaan tanaman diakuinya ikut membantu peresapan air hujan.

Lihat juga...