MAKASSAR – Tokoh agama di Sulawesi Selatan (Sulsel) menghimbau dan menyarankan agar agama tidak digunakan sebagai bahan politisasi untuk mendapatkan dukungan serta simpati masyarakat.
Seluruh pihak terkait mulai dari panitia pelaksana pemilihan hingga peserta pemilihan kepala daerah diminta untuk menghindari hal tersebut. “Bila agama ditunggangi politik itu sangat berbahaya,” kata salah seorang tokoh agama Sulsel, KH Afifuddin Hafizah dalam dialog Agama dan Toleransi Politik di gedung Kemenag Sulsel, Makassar, Sabtu (27/1/2018).
Menurut Dia, agama adalah bagian dari pedoman hidup dan bukan sarana untuk dipolitisasi. Kalaupun politik di tunggangi agama tentu akan membawa perubahan besar karena nilai dalam agama akan tersampaikan dengan baik ke masyarakat. Penyelenggara dalam hal ini KPU maupun pengawas pemilu diminta untuk menekankan hal tersebut kepada kandidat pilkada serentak 2018.
“Kalau politik membawa nilai-nilai agama tentu akan semakin baik dan membuat poltik itu lebih beretika,” ungkap Pimpinan Pondok Pesantren An-Nahdah dalam dialog itu digelar PMII Komisariat kampus Tri Dharma Nusantara bersama Gusdurian Makassar.
Afifuddin menambahkan hampir disetiap pelaksanaan Pilkada isu agama dibawa-bawa untuk mendapatkan dukungan. Hal itu dikarenakan diketahui agama sebagai perekat dan mengikat masyarakat secara emosional.
Sementara tokoh agama lainnya Erfan Sutono dalam dialog itu mengemukakan bahwa agama sarat akan ikatan emasional sesama manusia. Sehingga isu agama sering kali dimainkan pemainnya, selain mudah dan murah juga mendorong gerakan simpati kepada seseorang.
“Dalam agama kami Konghuchu, seorang pemimpin tidak hanya sekedar memimpin tetapi harus memperjuangkan kemanusiaan serta nilai-nilai sosialnya,” papar Dia.