Pemkab Gianyar Larang Styrofoam untuk Membuat Ogoh-ogoh

Pria yang akrab disapa Kujus ini pun mengimbau kepada seluruh Bendesa Adat dan Perbekel se-Kabupaten Gianyar, untuk turut mengarahkan sekha taruna masing-masing agar membuat ogoh-ogoh berbahan ramah lingkungan.

“Dibutuhkan peran semua pihak untuk menjaga lingkungan, jadi camat hingga desa dan kelian banjar wajib ikut berperan serta, mengarahkan sekha taruna dalam menggunakan bahan ogoh-ogoh yang ramah lingkungan,“ katanya.

Kujus mengaku yakin, para pemuda di kawasan seni ini mampu membuat ogoh-ogoh berbahan ramah lingkungan. Ditambahkan, tahun ini DLH Gianyar pun akan kembali memberikan penghargaan dan piagam kepada sekha taruna di Kabupaten Gianyar yang 100% menggunakan bahan ramah lingkungan.

“Para pemuda di Gianyar itu terkenal kreatif dalam bidang seni, jadi pasti bisa. Kami juga akan menurunkan tim verifikasi mengecek sekha taruna yang membuat ogoh-ogoh berbahan ramah lingkungan, sehingga nanti bisa diberikan piagam penghargaan,“ katanya.

Ia juga menambahkan, bahan plastik khususnya styrofoam sangat berbahaya untuk lingkungan. Bila dibakar akan menghasilkan zat senyawa kimia berbahaya yang bersifat karsinogenik, yaitu dioksin.

“Nah bila ini dihirup oleh manusia bisa menyebabkan kanker, gangguan paru, bahaya untuk ibu hamil, jadi ancaman ini bukan hisapan jempol, ini merupakan hasil dari berbagai penelitian,“ tandasnya.

Seperti yang diketahui, ogoh-ogoh adalah karya seni patung dalam kebudayaan Bali yang menggambarkan kepribadian Bhuta Kala. Dalam ajaran Hindu Dharma, Bhuta Kala merepresentasikan kekuatan (Bhu) alam semesta dan waktu (Kala) yang tak terukur dan tak terbantahkan. Dalam perwujudan patung yang dimaksud, Bhuta Kala digambarkan sebagai sosok yang besar dan menakutkan, biasanya dalam wujud raksasa.

Lihat juga...