KARANGASEM — Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi mencatat aktivitas magma Gunung Agung masih tinggi dengan intensitas kegempaan frekuensi rendah pada Selasa pukul 06.00-12.00 Wita mencapai 10 kali dengan amplitudo 2-22 milimeter dengan durasi 38-102 detik.
“Kesimpulannya aktivitas Gunung Agung sampai saat ini masih tinggi dan berpotensi mengalami erupsi. Oleh karena itu, tingkat aktivitas gunung ini masih di tingkat IV atau Awas,” kata Kepala Sub Bidang Mitigasi Pemantauan Gunungapi Wilayah Timur PVMBG, Devy Kamil Syahbana di Pos Pemantaua Gunung Agung, Desa Rendang, Karangasem, Selasa (5/12).
Ia menjelaskan intensitas asap kawah Gunung Agung terpantau bertekanan sedang yang berwarna putih dengan intensitas tebal dengan ketinggian 1.000 hingga 1.500 meter di atas puncak kawah.
Hembusan asap putih tebal dengan ketingian ini terjadi pada Selasa pukul 08.48 Wita dengan hembusan asap mengarah ke timur. Untuk, aktivitas vulkanik dangkal tercatat intensitasnya dua kali dengan amplitudo tiga milimeter dengan durasi 11-12 detik.
“Kami akan terus melakukan pemantauan guna mengantisipasi adanya akumulasi gas di bawah permukaan kawah Gunung Agung karena berpotensi terjadinya erupsi,” ujarnya.
Untuk kondisi geokimia, kata Devy, pada Senin malam (4/12) terekam gas-gas magmatik Sulfur Dioksida (SO2) Gunung Agung dari Satelit Suomi National Polar-Orbiting Partnership (Suomi NPP), akibat aktivitas gunung setinggi 3.142 mdpl itu.
“Ini menandakan, meskipun asap yang dikeluarkan Gunung Agung berwana putih, namun konten SO2 dan aktivitas magmatik yang terus berlangsung,” ujarnya.
Selain itu, berdasarkan citra satelit, terpantau lava masih melakukan pengisian di kawah dengan laju pertambahan melambat. Walaupun pertambahan lava melambat, terhitung sejak 25-29 November 2017 tercatat sebanyak 20 juta meter kubik.