“Rata-rata petani rakyat memiliki lahan 1-2 hektare saja. Artinya harus ada pengganti kegiatan agar mereka tetap bisa makan,” kata Alex.
Selain itu, ia menekankan ke pemerintah bukan hanya fokus pada peremajaan tapi juga ke hal yang lebih detail yakni bibit karet.
Pemerintah diharapkan memberikan bantuan bibit unggul yang setara dengan bibit yang dipakai Malaysia, Thailand dan Vietnam.
Seperti diketahui, rasio produksi getah per hektare di Indonesia sangat rendah jika dibandingkan Malaysia, Thailand dan Vietnam. Di Indonesia dalam satu hektare hanya memperoleh 1 ton getah, sedangkan di Vietnam dan Thailand sudah tembus 2 ton.
“Tentunya ketika harga jatuh seperti saat ini, yakni 1,4 dolar per kilogram membuat menjadi tidak masalah bagi Thailand dan Vietnam. Sementara bagi petani Indonesia menjadi sangat berat, karena hanya mendapatkan sekitar Rp700.000 per bulan,” ujar dia.
Harga karet di tingkat petani hingga kini belum terkerek naik meski sudah anjlok sejak tiga tahun lalu.
Berdasarkan data lelang terbaru Unit Pengolahan dan Pemasaran Bokar di Desa Sukamaju, Kabupaten Babat Supat, Musi Banyuasin, Sumatera Selatan, per 4 Desember 2017 diketahui harga getah hanya Rp8.900 per kilogram (Ant).