Kalau punya materi yang potensial dan punya nilai jual, namun tidak ada modal, tentu masih belum bisa berproduksi. “Di situ kami harus cari sponsor. Itu pun banyak pertanyaannya. Sponsor akan tanya siapa pemainnya, benefit untuk mereka apa, dan lain-lain. Bagaimana pun sponsor punya penilaian dan kepentingan juga, jadi tidak sekedar mau menyeponsori, harus ada take and give,” imbuhnya.
Tak jarang para sponsor sangat mempertimbangkan siapa aktor dan aktris yang akan membintangi film yang dibuat. Selain itu, sponsor juga memikirkan soal genre film tersebut. “Misalnya kalau saya pasang Bunga Citra Lestari, paling tidak dia duta beberapa produk. Dengan begitu, jika saya tawarkan proposal ke perusahaan produk itu, maka sponsor akan mempertimbangkan, karena sang aktris adalah duta mereka,” bebernya.
Sungguh sayang, banyak faktor yang tidak boleh dilakukan. “Cuma tetap saja ada faktor-faktor tertentu yang tidak boleh dilakukan. Misalnya seorang duta sponsor tidak diperbolehkan untuk main film dengan genre tertentu. Jadi setiap produk ada rambu-rambu sendiri. Itu kadang-kadang menjadi kendala juga,” akunya.
Ody optimis, film Indonesia semakin maju dan berkembang. “Dengan promosi yang maksimal, kita tentu akan mendapatkan hasil yang maksinal juga,” tegasnya.
“Film Indonesia memang sekarang sudah bangkit, tapi kita tentu harus tetap menjaga kualitasnya agar penonton juga tetap terjaga. Kita harus membuat film yang bermutu dan laku,” tandasnya.