Sabuk Hijau Mangrove, Bantu Keberlangsungan Tambak Tradisional

Tusam mengakui keberadaan tanaman mangrove sekaligus menjadi penahan bagi tanggul saluran air laut yang akan dipergunakan untuk pengairan lahan tambak miliknya dan puluhan petambak tradisional yang selanjutnya dialirkan menggunakan mesin sedot. Tanpa adanya tanaman mangrove tersebut ia menyebut tanggul berpotensi longsor dan terkena abrasi terutama saat pasang tertinggi. Perkampungan warga juga ikut terjaga keamanannya terutama sebagian rumah di kampung nelayan masih menggunakan atap daun rumbia dan asbes tidak terganggu terjangan angin laut.

Hasil yang cukup lumayan dari budidaya udang vaname di wilayah tersebut juga cukup memberi dampak ekonomi bagi masyarakat diantaranya penjual udang vaname eceran dari hasil panen parsial pemilik tambak. Saat ini diakuinya harga udang vaname yang biasanya dipanen pada usia 75 hari dengan panen parsial pada umur 50 hari dijual dengan harga Rp50.000 per kilogram dan semakin mahal saat usia memasuki umur 60 hingga 75 hari.

Umini duduk menunggu pembeli udang vaname dari tambak di wilayah Bakauheni. [Foto: Henk Widi]
“Hasilnya cukup lumayan meski dijual secara eceran karena udang vaname yang kami jual banyak diminati oleh masyarakat sebagai lauk,” terang Umini, penjual udang di Bakauheni.

Ia menyebut, keberlangsungan tambak tradisional yang tetap bertahan di wilayah Bakauheni dan sekitarnya ikut didukung dengan upaya warga mempertahankan mangrove. Sebab di wilayah lain banyak pantai yang sudah terkena abrasi akibat mangrove yang sudah rusak. Mangrove yang bertahan dan dipertahankan ikut membantu perekonomian masyarakat termasuk menjaga kelestarian lingkungan pesisir.

Lihat juga...