Budidaya Sukun Warga Karanganyar Tawarkan Alternatif Ketahanan Pangan

LAMPUNG — Warga Dusun Karanganyar, Sidodadi dan Karang Mekar di Desa Klaten mempunyai kearifan lokal hingga saat ini, yaitu melestarikan kewajiban menanam pohon sukun di setiap rumah. Kewajiban ini sudah dilakukan semenjak 1990 bahkan dengan adanya pembagian bibit sukun dari pihak pemerintah desa.

Sarjid (36) salah satu warga di Dusun Karanganyar menyebut sebagian besar warga bahkan memiliki tanaman sukun berusia puluhan tahun. Beberapa di antaranya masih berusia muda hasil dari proses pembibitan dengan mudahnya perolehan bibit sukun.

Bibit tanaman Sukun atau dikenal dengan sebutan buah roti (breadfruit) dengan nama latin Artocarpus altilis tersebut menjadi sumber bahan pangan alternatif saat wilayah tersebut mengalami kemarau panjang.

Petani tidak bisa menanam jagung dan padi. Perbanyakan bibit yang mudah dengan memisahkan tunas baru dari akar yang menjalar di atas tanah sekaligus membuat warga semakin mudah mengembangkannya bahkan sengaja melukai akar untuk memperoleh bibit baru.

“Sukun kerap berbuah sepanjang waktu tidak mengenal musim kerap ditanam bersama keluwih tanaman sejenis yang juga bisa menjadi sumber makanan bagi warga di pedesaan untuk pemenuhan kebutuhan dan ketahanan pangan,” terang Sarjid salah satu pemilik sebanyak dua pohon kebun sukun di halaman depan rumahnya saat ditemui Cendana News, Senin (20/11/2017)

Pada tanaman sukun yang dibudidayakan bantuan dari dinas pertanian tanaman pangan perkebunan dan hortikultura Sarjid mengingat pohon sukun yang ditanam bahkan sudah berbuah pada umur tiga tahun dengan ketinggian hanya 2 meter.

Sukun semakin berbuah lebat saat umut mencapai lima tahun terus menerus berbunga sepanjang musim. Manfaat tanaman atau buah sukun diakuinya terasa saat bulan tertentu bersamaan dengan masa tanam padi dan jagung saat pasokan padi mulai berkurang.

Lihat juga...