Umat Islam Dicap Radikal, Sesat dan Fitnah
JAKARTA – Asosiasi Perguruan Tinggi Se-Indonesia (APTISI) menolak institusinya dicatut akan mengikuti aksi gerakan melawan radikalisme pada 28 Oktober lusa dengan mengatasnamakan mahasiswa yang melawan radikalisme.
“Itu tidak benar,” tegas Ketua APTISI Dr. Budi Jatmiko. Menurut Budi, gerakan tersebut ditujukan ke siapa tidak jelas. Karena itu APTISI menolak aksi tersebut.
Terkait hal itu, Majelis Ulama Indonesia (MUI) Pusat pun ikut merespon. Anton Tabah Digdoyo, selaku Komisi Hukum di MUI Pusat menyatakan sepaham dengan Direktur APTISI.
“Aksi lawan radikalisme itu sebenarnya ditujukan ke mana? Ke siapa? Sebagai bangsa yang beragama berdasarkan Ketuhanan yang Maha Esa wajib saling menumbuhkan toleransi. Islam mengajarkan tentang toleransi. Islam mengajarkan tidak ada paksaan dalam beragama dan saling menghormati,” tutur Anton Tabah.
Menurut Anton pula, ajaran Islam tersebut sangat fenomenal, pas dengan peradaban umat manusia sampai akhir dunia. Semua agama hendaknya juga hidup damai. Berdampingan secara baik.
“Lihat Indonesia 90% muslim, sejumlah agama hidup dan berkembang dengan baik. Rumah ibadah non Islam tumbuh di atas 200%. Bahkan banyak warga non muslim menduduki jabatan penting. Sementara di negara minoritas muslim, sulit menduduki jabatan penting. Juga anggota tentara dan polisi yang muslim tak bisa jadi jenderal. Ini yang dikeluhkan rekan-rekan tentara dan polisi yang muslim di negara minoritas muslim,” imbuh Anton.
Lanjut Anton, bahkan muslim di negara-negara minoritas muslim sering terancam jiwa dan hartanya. Tidak aman, tidak nyaman.
“Karena itu saya dapat memahami sikap Direktur APTISI tersebut. Aksi melawan radikalisme itu ditujukan ke siapa? Ke umat Islam? Karena apa? Karena bagaimana? Apakah memilih pemimpin seiman itu radikal? Apakah demo tertib dengan jutaan umat itu radikal? Apa tuntut penista Al-Quran itu radikal? Apa warga yang menuntut kembali ke UUD 45 asli itu radikal? Pancasila dan UUD 1945 kita juga tegas, WNI wajib beragama, taat pada ajaran yang ada di agamanya. Kitab suci ajaran Islam sangat komplit dan detil. Jangankan memilih pemimpin, memilih teman saja diatur dalam Al-Quran,” tegas Anton.