Petani Karet Kalsel Diminta Perbaiki Mutu Produk

BANJARMASIN – Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan, mendorong petani dan pedagang karet memperbaiki mutu produk agar bisa bersaing ketika dibeli pabrik pengolahan karet.

Kepala Dinas Perdagangan Kalimantan Selatan, Birhasani, mengatakan masih menemukan produk karet berkualitas rendah di tingkat petani dan pedagang.

“Saat penyadapan sampai pengolahan masih ditemukan campuran karet atau kontaminan rendah dengan kayu, daun, dan ranting. Yang kontaminan berat bahkan karet dicampuri batu dan sandal,” kata Birhasani saat sosialisasi revisi Permendag Nomor 54 Tahun 2016 tentang Pengawasan Mutu Bahan Olah Karet Spesifikasi Teknis yang Diperdagangkan, Senin (30/10/2017).

Menurut dia, cara semacam itu justru merugikan petani dan pedagang karet karena industri crumb rubber selektif mencari mutu bahan baku karet yang bagus. Apalagi di pasar internasional, kata Birhasani, bahan baku karet asal Indonesia bersaing dengan negara penghasil karet lain seperti Malaysia, Thailand, dan Brunei Darussalam.

“Kalau pasar ekspor karet biasanya ke China dan India,” ujar dia. Selain mutu bahan baku, harga karet menyesuaikan jauh-dekatnya sentra penghasil karet dengan pabrik pengolahan karet.

Birhasani menuturkan harga karet saat ini kisaran Rp4-5 ribu per kilogram dengan asumsi sentra kebun karet di pelosok pedesaan dan jauh dari pabrik. Sementara kebun karet yang lebih dekat ke pabrik pengolahan dibandrol seharga Rp 6-7 ribu per kilogram.

“Memang 25 persen masyarakat Kalsel tergantung hasil kebun karet. Fluktuasi harga ini merugikan petani, maka kami minta penyuluh perkebunan membantu petani meningkatkan kualitasnya. Tanpa peningkatan kualitas, harga karet selalu di bawah,” Birhasani melanjutkan.

Lihat juga...