Jaga Lingkungan, Warga Way Batokh Lestarikan Kearifan Lokal Leluhur
LAMPUNG — Air jernih mengalir dari tiga pancuran yang terbuat dari pipa besi memecah di antara bebatuan kali berukuran besar. Beberapa di antara bebatuan itu ada yang berbentuk pipih secara alami sebagai tempat duduk untuk mandi warga di Desa Gedung Harta Kecamatan Penengahan Kabupaten Lampung Selatan.
Pepohonan besar yang masih asri seperti pohon bayur, pohon aren, pohon nangka serta pohon rambatan vanili bahkan masih menghijau di bagian atas aliran air yang dikenal dengan mata air Way Batokh/Way Batur atau dikenal Kali Batur oleh masyarakat selama ratusan tahun silam.
Menurut Yusri (70) warga Desa Gedung Harta yang sejak kecil menetap di dekat area Way Batokh, menyebut arti Batokh berarti kawan atau sahabat. Keberadaan aliran sungai kecil yang mengalir dalam segala kondisi cuaca kemarau maupun hujan sudah dimanfaatkan sejak ratusan tahun silam.
Air ini mengalir ke Benteng Cempaka yang kini menjadi peristirahatan terakhir pahlawan nasional Raden Intan II. Aliran air yang akhirnya ikut mengalir ke Way Pisang tersebut secara bertahap dirawat oleh warga semenjak 1990 an dengan membuat tanggul atau talud menyerupai kolam dan pada 1984 sebuah bak penampungan digunakan untuk penyaluran air bersih.
“Way Batokh yang kami pertahankan hingga kini memang tak bisa dilepaskan dari sejarah leluhur kami yang mendiami wilayah ini dengan melestarikan mata air sebagai sumber air bersih bahkan konon pada mata air ketiga di sisi Timur memiliki khasiat untuk kesembuhan penyakit,” terang Yusri yang menjadi salah satu generasi tua di Desa Gedung Harta Kecamatan Penengahan saat ditemui Cendana News di sumber air Way Betokh, Rabu (11/10/2017).