BNPT: Waspadai Paham Radikal Masuk Kampus
SOLO – Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) meminta Perguruan Tinggi di Indonesia mewaspadai adanya paham radikal yang mulai masuk di kampus. Hasil penelitian menunjukkan adanya pola-pola baru dalam masuknya paham radikal ke berbagai kampus. Salah satunya melalui organisasi kemahasiswaan.
“Dalam penelitian yang dilakukan LIPI pada 2011, paham radikal ini justru masuk ke kampus yang basisnya non keagamaan. Mereka menyusup melalui organisasi kemahasiswaan,” ucap Direktur Pencegahan BPNT, Brigjen Pol. Ir Hamli Me, saat dialog bertema Pelibatan Lembaga Dakwah Kampus (LDK) dan Birokasi Kampus dalam Pencegahan Terorisme yang digelar di Universitas Negeri Sebelas Maret (UNS) Surakarta, Kamis (14/9/2017).
Pada 2015, LIPI juga pernah menyebutkan, 4 persen penduduk Indonesia menyetujui adanya kelompok militan ISIS. Mereka kebanyakan berumur antara 19-25 tahun. “Hasil penelitian LIPI pada 2011 juga menyebutkan ada lima universitas ternama di Indonesia yang mengalami peningkatan fundamentalisme keagamaan di kalangan mahasiswa. Terutama kampus umum. Untuk sekarang harus diteliti kembali karena sudah ada intervensi,” urai dia.
Menurut Hamli, aktivitas keagamaan di sejumlah kampus, terutama kampus umum akhir-akhir ini terus meningkat. Peningkatan aktivitas itu disinyalir dapat menjadi tempat potensial berkembangnya aktivitas keagamaan yang eksklusif dan radikal. “Hal ini yang menjadikan perguruan tinggi umum lebih mudah menjadi target rekrutmen gerakan-gerakan radikal, dibandingkan perguruan tinggi berbasis keagamaan,” lanjut Ir. Hamli.
Penyebaran paham radikalisme ke dalam kampus, menggunakan sistem online maupun offline. Penggunaan sistem online seperti melalui penyebaran propaganda dan doktrin yang disampaikan melalui jejaring sosial, whats app, dan telegram. Sedangkan offline, penyebaran dapat melalui pertemuan langsung, diskusi kelompok terbatas maupun pertemuan-pertemuan.