BOGOR — Wali Kota Bogor Bima Arya Sugiarto memaparkan enam permasalahan di seputar Stasiun Besar Bogor yang apabila tidak dilakukan intervensi dalam waktu tiga tahun ke depan akan menyebabkan kemacetan yang sangat parah.
“Kalau kondisi eksisting tidak melakukan apa-apa, tidak diintervensi, wali kota berganti sampai tahun 2020 tidak ada apa-apa, maka lokasi di situ (stasiun) akan mengerikan sekali, akan “stuck”. Orang tidak bisa bergerak, mobil tidak bisa bergerak,” kata Bima, di Bogor, Kamis.
Bima mengungkapkan permasalahan di Stasiun Besar Bogor yang pertama adalah menjadi pusat kemacetan, PKL yang semrawut, akses stasiun yang sangat terbatas dan dikeluhkan banyak orang (28/9).
“Sampai sekarang banyak ibu-ibu hamil dan lansia yang mengeluh betapa terjalnya jembatan penyemberangan ke stasiun dan akses yang memutar,” kata Bima.
Persoalan berikutnya, tempat sarana, prasarana transportasi yang jauh dari nyaman, pedestrian yang tidak layak, perparkiran yang semrawut, serta Pasar Anyar yang perkembangannya cenderung bisa menjadi tidak terkendali.
“Itu persoalan,” kata Bima.
Lebih lanjut ia mengatakan dilakukan berbagai macam kajian dan perencanaan. Tapi intinya ada skenario tidak berbuat apa-apa dan ada skenario berbuat sesuatu.
“Kalau tidak diapa-apakan, tidak ada pembangunan, aktivitas orang akan stuck,” kata Bima.
Di tengah persoalan tersebut, pemerintah pusat lanjut Bima, merencanakan berbagai macam kegiatan yang tidak bisa dihindari oleh Pemkot Bogor dan tidak bisa pula ditolak.
Rencana kegiatan tersebut yakni pembangunan “double track” ke Sukabumi yang dilakukan oleh Pemerintah Pusat bersama PT KAI untuk menjawab kebutuhan warga Jawa Barat ke Sukabumi, Cianjur dan Bandung.