Dulu, lanjut dia, masyarakat di pedesaan memelihara kerbau minimal dua ekor per petani untuk kebutuhan membajak sawah. Kalau sekarang, petani lebih memilih kerbau buatan pabrik yang makan minumnya bahan bakar minyak (BBM).
“Jadi, dengan menggunakan traktor proses pembajakan lahan sawah menjadi lebih cepat bila dibandingkan hewan. Makanya warga sudah kurang memelihara kerbau,” katanya.
Ia berkata, dengan menggunakan hand traktor untuk membajak sawah, anak-anak petani di pedesaan tidak perlu harus repot-repot lagi pulang sekolah menggembalakan kerbau seperti zaman dulu.
“Kalau dulu, sawah dibajak dengan kerbau dan anak-anak pulang sekolah menggembala kerbaunya di padang luas. Makanya dulu kerbau banyak di desa-desa. Kalau sekarang sudah tidak lagi seperti itu,” ujarnya. (Ant)