Keterbatasan Justru Membuat Agung Kreatif Mengolah Sampah

Agung sendiri mengaku selalu mencari-cari ide kerajinan apa yang bisa dibuat saat dia melihat sampah. Selain itu, dia juga memiliki misi untuk mengedukasi anak-anak dan masyarakat di sekitarnya untuk mencari ide apa yang bisa dibuat dari sampah, ketika mereka akan membuang benda yang dianggap sampah.

Adapun pemasaran dari Nekatz Craft sendiri awalnya melalui media sosial, setelah itu dia mulai ikut pameran-pameran kerajinan. Dia sangat menyadari bahwa kerajinan yang dibuatnya hanya untuk segmen pasar tertentu sehingga keikutertaan dalam pameran-pameran sangat penting untuk promosi produk kerajinannya.

“Saya mematok harga mulai dari Rp400 ribu hingga ada yang pernah sampai Rp5 juta. Jadi pembeli kerajinan yang saya buat tentu sangat segmented, pembeli biasanya orang yang berduit atau biasanya orang yang memiliki jiwa seni yang tinggi,” imbuh Agung.

Daya beli yang cukup rendah, tidak membuat Agung patah semangat. Agung justru semakin membuktikan bahwa karya-karyanya memang memiliki nilai seni yang tinggi. Apalagi kerajinan yang dibuat adalah hasil dari daur ulang sampah. Kegigihannya membuahkan hasil, saat ini pembeli kerajinan yang dibuat Agung tidak hanya dalam negeri saja, tapi juga berskala dari luar negeri seperti dari Amerika, Jerman dan Bahrain.

Saat ini selain menjadi perajin, Agung juga menjadi tentor dalam workshop-workshop daur ulang sampah. Dia biasanya menjadi tentor daur ulang sampah di komunitas-komunitas, sekolah, bahkan di instansi pemerintah. Selain menjalani aktivitasnya di Nekatz Craft, Agung juga merupakan founder dari Komunitas Harapan yaitu komunitas sosial pendidikan yang mewadahi anak–anak usia sekolah (PAUD, TK, SD dan SMP) untuk melakukan berbagai kegiatan belajar dan bermain yang positif serta mendidik berbasis kekeluargaan.

Lihat juga...