Diakuinya, selama sepuluh tahun menjadi penjaga vihara Bodhi Dharma Ampenan, dirinya merasakan tenang, damai dan bahagia, karena pekerjaan menjadi penjaga vihara atau klenteng dilakukan dengan tulus dan berlandaskan pengabdian.
“Kalau kita bekerja tanpa pengabdian bosan, kalau saya tidak. Saya berikan pelayanan,” kata dia.
Selain dirinya, dalam membantu dan mempersiapkan kebutuhan warga Tionghoa yang hendak melakukan peribadatan, ia juga dibantu keluarga dan sejumlah kerabat terdekatnya.
Sejak pagi, Mangku tampak sibuk melayani puluhan warga Tionghoa yang ingin merayakan Tahun Baru Imlek di Klenteng Po Hwa Kong.
Salah satu tugas Pak Mangku adalah menyediakan perlengkapan persembahyangan seperti lilin, dupa dan uang kertas untuk dipersembahkan kepada Dewa-Dewa dengan cara dibakar.
Vihara Bodhi Dharma sendiri, merupakan satu dari Vihara di NTB yang biasa digunakan warga Tionghoa sebagai tempat melaksanakan ritual sembahyang perayaan Imlek.
Burhan dan dua warga Kelurahan Ampenan merupakan penganut agama Islam yang ditugaskan aparat kelurahan, membantu aparat kepolisian menjaga keamanan dan khusuknya warga Tionghoa selama melakukan ritual sembahyang di vihara.
“Kalau saya bersama dua warga lain jadi petugas keamanan di vihara sudah sejak 2013 menjaga kemanan jalannya perayaan Imlek dan selama bertugas selalu berlangsung aman, tidak pernah terjadi apa – apa,”sebutnya.
Ditambahkan, warga sekitar setiap perayaan Imlek juga ikut memeriahkan, terutama di acara pameran Barongsai, sebagai rangkaian penutupan perayaan Imlek.
Jurnalis : Turmuzi / Editor : ME. Bijo Dirajo / Foto : Turmuzi