SABTU, 28 JANUARI 2017
LOMBOK — Nusa Tenggara Barat (NTB) terutama Pulau Lombok, tidak saja dikenal akan keindahan bentangan alam, keragaman seni budaya dengan berbagai suku dan etnis yang hidup di dalamnya, juga dikenal akan keragaman agama dan keyakinan.
![]() |
Vihara Bodhi Dharma atau Klenteng Po Hwa Kong Ampenan Kota Mataram NTB |
Meski demikian, NTB yang mayoritas penduduknya merupakan muslim dengan Lombok yang dikenal sebagai Pulau ribuan masjid, mampu merawat dan menjadikan keberagaman suku, agama, ras (Sara) sebagai kekuatan, bukan ancaman.
Vihara Bodhi Dharma, salah satu simbol keberagaman yang masih tetap terjaga dan terpelihara sampai sekarang. Meski merupakan tempat ibadah bagi umat Budha, tapi didalamnya juga terdapat masyarakat dari penganut agama lainnya.
Mangku Nengah Mudra (61) tahun, penjaga Vihara Bodhi Dharma atau Klenteng Po Hwa Kong dan relawan yang membantu mempersiapkan keperluan sembahyang warga Tionghoa setiap melaksanakan perayaan imlek selama puluhan tahun merupakan penganut agama Hindu.
Meski demikian, Mangku selama puluhan tahun secara sukarela dan ikhlas membantu dan mengabdikan diri merawat dan menjaga Vihara Bodhi Dharma sampai sekarang, termasuk melayani kebutuhan warga Tionghoa yang hendak melakukan sembahyang.
“Meski jadi penjaga Vihara, saya tetap memegang teguh keyakinan sebagai penganut agama Hindu, niat saya disini semata hanya untuk membantu saudara kita yang hendak merayakan Imlek,” kata Mangku kepada Cendana News, Sabtu (28/1/2017).
Ia menceritakan, sebelum ke vihara, dirinya terlebih dahulu selalu pergi sembahyang ke pura, jadi meski menjadi penjaga vihara, tidak mempengaruhi keyakinan saya, ini murni kemanusian.