“Mereka yang berminat dengan gamelan buatan saya biasanya langsung datang ke sini untuk memesan dan membayar uang muka. Kalau gamelannya sudah jadi, mereka datang lagi ke sini untuk mengambil pesanannya. Jadi saya tidak pernah kirim-kirim gamelan saya,” ujarnya.
Menurutnya, meskipun sekarang sudah berada di era modern, namun Sarmidi mengaku bahwa beberapa tahun belakangan ini permintaan gamelan buatannya justru meningkat. Kebanyakan para pelanggannya berasal dari sekolah-sekolah yang membutuhkan alat musik gamelan. Selain membuat, Sarmidi juga menerima servis dan menyewakan alat musik gamelan.
![]() |
Sarmidi cukup tekun membuat gamelan. |
“Dulu kalau tidak ada yang pesan ya saya nganggur beberapa bulan. Paling cuma melayani orang servis gamelan. Tapi alhamdulillah beberapa tahun belakangan ini tiap hari selalu ada pekerjaan,” ucapnya. Apalagi, tambah kakek asli Tuban ini, sekarang Tuban juga musim kesenian alat musik tongklek, terutama di bulan puasa pasti ramai,
Namun demikian, Sarmidi kini mulai dirisaukan masalah siapa yang akan meneruskan usaha kerajinan gamelan sepeninggalannya nanti. Karena kedua anak Sarmidi semuanya adalah perempuan yang sudah berkeluarga. Cucu Sarmidi yang kini masih duduk di bangku SMP juga terlihat tidak tertarik dengan pembuatan gamelan.
Satu-satunya harapan Sarmidi saat ini berada pada keponakannya untuk meneruskan usahanya tersebut.
“Insha Allah nanti penerus dari usaha ini dilanjutkan oleh keponakan saya kalau dia sudah selesai sekolah. Tapi ya tetap tergantung dengan keponakan saya juga, mau meneruskan usahanya atau tidak,” pungkasnya.
Jurnalis: Agus Nurchaliq / Editor: Satmoko / Foto: Agus Nurchaliq