Terkait Meninggalnya Mahasiswa UII, Ini Penjelasan Mantan Instruktur Diksar Mapala

RABU, 25 JANUARI 2017

YOGYAKARTA — Meninggalnya 3 orang mahasiswa Universitas Islam Indonesia (UII) seusai mengikuti kegiatan pendidikan dasar (diksar) sebagai bagian rekrutmen anggota baru Mahasiswa Pecinta Alam (Mapala) Unisi UII, beberapa waktu lalu, dinilai terjadi bukan karena sistim pendidikan yang salah. Namun kemungkinan terjadi akibat kualitas instruktur yang tidak memahami metode pelatihan pendidikan yang benar.

Mantan instruktur Mahasiswa Pecinta Alam yang kini menjadi Koordinator Tim Reaksi Cepat (TRC) Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DIY, Wahyu Pristiawan.

Hal itu diungkapkan seorang mantan instruktur Mahasiswa Pecinta Alam yang kini menjadi Koordinator Tim Reaksi Cepat (TRC) Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DIY, Wahyu Pristiawan, Rabu (25/01/2017). Wawan yang merupakan alumni Mapala UMY 1996 serta mantan instruktur pendidikan dasar Mapala hingga tahun 2004 ini menyebut, hampir semua sistem pendidikan dasar Mapala di Indonesia sama. Yakni menerapkan prinsip jiwa korsa.

“Pendidikan Mapala di Indonesia umumnya berkiblat pada dua kelompok organisasi pecinta alam yakni, Wanadri dan Mapala UI,” ujarnya.

Pendidikan bagi organisasi pecinta alam sendiri dijelaskan terbagi dalam dua tahapan. Yang pertama adalah pendidikan dasar bagi anggota baru. Serta yang kedua adalah pendidikan lanjutan.

“Pendidikan dasar biasanya digelar selama 10 hari dengan model kelompok atau bersama-sama. Sementara pendidikan lanjutan digelar selama 8 hari dan lebih bersifat individu,” ujarnya.

Seorang instruktur pendidikan dasar organisasi pecinta alam, dikatakan harus sudah melewati pendidikan lanjut terlebih dahulu. Selain memiliki pengalaman lebih, seorang instruktur juga harus menguasai teknik-teknik dalam menjalankan pendidikan dasar.

Lihat juga...