Alat permainan edukatif (APE) kerap berserakan ketika harus membereskan tempat belajar saat balai rakyat digunakan untuk beragam acara warga. Banyak alat permainan berceceran di mana-mana serta buku yang hilang saat proses pemindahan. Ditambah lagi fasilitas permainan out door tinggal menyisakan ayunan saja, dikarenakan fasilitas bermain anak out door lain sudah rusak saat wilayah tersebut kerap diterjang banjir kiriman sejak 1998 hingga pertengahan 2016.
Dengan tantangan besar yang ada itu, justru Martuti semakin menikmati pekerjaannya sehari-hari. Guru-guru lain juga berada dalam perasaan serta semangat yang sama seperti Martuti. Mereka tidak mendapatkan honor, tidak ada tunjangan fasilitas maupun hal-hal lain yang bersinggungan dengan kesejahteraan guru. Namun mereka tidak pernah mengeluh, melainkan terus mengabdikan kesehariannya demi pendidikan anak-anak. Khususnya para siswa PAUD Melati 1 Bukit Duri.
“Anak-anak bagai buah hati bagi saya, membuat hidup semakin berwarna. Baru-baru ini ada wacana untuk pindah tempat berenang hanya karena anak-anak bosan berenang di tempat yang sama. Padahal tempat itu sangat murah dan kemampuan para orang tua baru sebatas berenang di tempat tersebut. Saya mengajak komite orang tua serta para guru berunding. Saya katakan, uang bisa dicari, tapi anak-anak adalah segalanya,” pungkas Martuti mengakhiri kebersamaannya dengan Cendana News.
![]() |
Martuti dan aktivitasnya bersama murid Posdaya Melati 1, Bukit Duri. |
Sebagai Kepala PAUD Posdaya Melati 1 RW 011 Bukit Duri, Martuti adalah kader aktif Posdaya Melati 1 yang membidangi pemberdayaan pendidikan di wilayah Bukit Duri. Ia biasa berkoordinasi dengan Titin Sumartini, Bendahara Posdaya, dan Trisno Budiarti, Ketua Posdaya Melati 1 Bukit Duri dalam menjalankan aktivitas PAUD sehari-hari. Pengabdian Martuti inspiratif bagi siapa pun yang ingin memiliki cara pandang lain menyikapi dunia pendidikan di Indonesia.
Jurnalis: Miechell Koagouw / Editor: Satmoko / Foto: Miechell Koagouw