Martuti, Kader Damandiri, Pejuang Pendidikan Anak Bukit Duri

Berbekal pelayanan gratis diklat guru PAUD bersertifikat dari LPPM Universitas Trilogi Yayasan Damandiri ditambah mengikuti diklat di tempat lain dengan biaya pribadi, Martuti yang lulusan Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA) bisa menyusun program-program belajar PAUD dengan baik. Ia membagi anak didiknya menjadi dua kelas berdasarkan kelompok usia ditambah satu kelas persiapan bagi murid yang segera masuk Sekolah Dasar (SD).

“Kelompok usia tiga tahun ke bawah saya pisahkan dengan usia empat sampai lima tahun menjadi dua kelas utama, ditambah satu kelas persiapan memasuki jenjang sekolah dasar dengan usia lima sampai enam tahun,” sebut Martuti.

Masih menurut Martuti, kelas persiapan diadakan sebagai antisipasi peraturan sekolah dasar yang mewajibkan setiap anak yang baru pertama kali masuk harus sudah memiliki kemampuan dalam membaca. Peraturan ini sebenarnya bertentangan dengan cara pembelajaran yang diterapkan PAUD, karena konsep PAUD adalah bermain sambil belajar. “Akhirnya saya, rekan guru dan komite orang tua memutuskan harus dibuat kelas persiapan bagi anak untuk masuk sekolah dasar dengan membaca sebagai pendalaman materinya,” imbuhnya.

Tantangan bagi Martuti Bersama PAUD Posdaya Melati 1
Dengan pembagian kelas sesuai materi dan kelompok umur, ditambah penggunaan Kurikulum Tiga Belas Revisi (Kurtilas) revisi terbaru, PAUD Posdaya Melati 1 Bukit Duri pimpinan Martuti terus berjalan dengan baik. Namun ada satu tantangan besar dari Martuti saat ini, yaitu fasilitas gedung PAUD yang masih menumpang di balai rakyat RW 011 Bukit Duri serta fasilitas alat permainan edukatif maupun alat permainan out door yang porak-poranda akibat pernah diterjang banjir kiriman.

Lihat juga...