Rahmi menuturkan, Bujang biasa berjualan koran sepulang sekolah, sekitar pukul 12.00 hingga pukul 14.00 siang. Ia berjualan ditemani seorang adiknya yang baru berumur 5 tahun dan duduk di bangku TK. Keduanya ia sekolahkan dengan menggunakan kartu Keluarga Miskin Sejahtera. Di sela berjualan koran, tak jarang keduanya kerap bermain atau pulang ke rumah yang berada di ujung lorong gang sempit sebelah perempatan. Rahmi senantiasa mengawasi mereka sambil menunggui usaha warung makan kecil-kecilan miliknya.
“Yang saya heran, Bujang itu mau bantu saya cari duit dengan berjualan koran. Padahal 2 kakaknya cowok yang duduk di bangku SMP dan SMK itu tidak mau. Bujang juga tidak malu meski semua teman-teman sekolahnya termasuk gurunya tahu dia berjualan koran,” ujar Ratmi sambil menunjukkan sekolah Bujang yang hanya berjarak sekitar 100 meter dari tempatnya.
Meski setiap hari ikut membantu menjual koran sepulang sekolah, Ratmi menuturkan, Bujang termasuk murid yang cukup pintar di sekolah. Nilai-nilai rapornya bahkan lebih baik dibanding dua kakaknya terdahulu. “Guru Bujang sendiri yang bilang dia cukup pintar. Katanya, dia juga sering jadi imam salat di sekolah. Namun yang paling bikin saya senang itu, dia selalu nurut jika saya minta tolong sesuatu. Bahkan walau tidak saya minta sekalipun, dia sendiri yang justru menawarkan. Pokoknya, dia itu beda sama kakak-kakaknya,” ujarnya.
Dalam sehari berjualan, Bujang mengaku bisa menjual sekitar 40-60 buah koran setiap harinnya. Tak jarang ia bahkan mendapat uang lebih dari para pengguna jalan yang sengaja memberikan uang lebih tanpa meminta uang kembalian.