SELASA 24 JANUARI 2017
BOGOR—Di tengah Sungai Ciliwung yang melalui Kota Bogor, terletak Pulau Geulis (dalam Bahasa Sunda artinya cantik). Pulau itu jadi tujuan penjelajahan saya karena rasa penasaran, Selasa (24/1). Awalnya saya tidak mengetahui mengapa daerah ini dikatakan sebagai pulau.
![]() |
Warga bergotong royong membersihkan vihara. |
Ketika saya melihat peta, ternyata memang saya sedang berada di pulau, pulau yang berada di tengah Sungai Cihaliwung. Keberadaan pulau ini memang tidak jauh dari pusat kota Bogor, tapi jika tidak ada jembatan kecil yang menjadi penghubung antara jalan roda dan pulau ini, mungkin hingga saat ini tidak ada kehidupan di sana.
Untuk mencapai daerah ini bisa masuk melalui jalan Suryakencana, kemudian masuk ke salah satu gang kecil, Gang Roda, Dari Gang Rosa saya menyeberang satu jalan besar dan menuruni jalan hingga bertemu satu jembatan di atas Sungai Ciliwung yang menuju ke Pulau Geulis.
Di tengah Pulau Geulis ini terdapat satu Vihara. Bangunnanya berdiri di tengah masyarakat muslim. Warna vihara cukup menyolok merah dan kuning, saya masuk dan bertemu dengan tiga orang warga yang sedang membersihkan Vihara. Saya disambut ramah oleh Abraham Ali, Candra Kusuma, “Akang” Suryana dan “Akang” Maulana Yusup, mereka adalah warga sekitar yang bukan Tionghoa dan tidak merayakan imlek namun berpartisipasi aktif dalam mempersiapkan perayaan imlek.
Abraham Ali, atau Pak Bram, merupakan warga asli Pulau Geulis yang juga pemerhati sejarah. Beliau bercerita bahwa di Vihara Mahabrahma itu juga tidak jarang diadakan pengajian saat perayaan maulud nabi, karena terdapat petilasan Eyang Jayadiningrat tepat di belakang altar Vihara.
Pak Bram mengatakan kepada saya satu prinsip yang dipegang teguh oleh dirinya, bahkan warga sekitar yaitu persatuan di dalam perbedaan. “Seperti layaknya minyak dan air di dalam satu botol, Mereka tidak bisa bercampur, karena unsurnya berbeda. Tapi dalam botol itu mereka bersatu. Hal itu yang terjadi disini,” terangnya.