Pulau Geulis, Kerukunan Umat Beragama di Tengah Sungai Ciliwung.

Saya menyempatkan diri untuk berbicara dengan Kang Suryana dan Kang Yusup, dua dari sebagian besar warga muslim yang turut berpartisipasi dalam mempersiapkan imlek di Vihara Pan Kho Bio ini. Suryana merasa senang berpartisipasi dalam persiapan imlek, dia menganggap Vihara Pan Kho seperti rumahnya sendiri. 
“Seumur hidup saya disini, tidak ada warga yang iseng!” kata Suryana di sela-sela kesibukannya membersihkan Vihara. 
Hal senada diungkapkan oleh Maulana Yusup “Setiap ada acara skita bantu kang, rame gak rame, ada acara atau nggak kita pasti bantu,”sambungnya.

Saya sempat tercenung melihat kenyataan yang terjadi di Pulau Geulis ini. Tidak heran jika daerah ini dinamakan Pulau Geulis, konon katanya tempat ini dahulu merupakan tempat indah dengan sedikit penduduk dan wanita-wanita cantik. Hingga saat ini saya rasa masih layak dikatakan sebagai Pulau Geulis, geulis (cantik) cantik dalam kehidupan bermasyarakat. 

Mungkin pemberitaan kurang baik mengenai kerukunan umat beragama di Pulau Geulis tidak memberikan reaksi seperti pemberitaan yang disampaikan dari pusat negara. Tapi dari kehidupan masyarakat di Pulau Geulis, kita dapat belajar bagaimana menjadi warganegara seutuhnya, utuh berarti bersatu dengan etnis lain tanpa harus menjadi seperti mereka, dan tidak memaksa mereka untuk menjadi seperti apa yang kita inginkan.

Letak Pulau guelis Bogor di peta. 
Jurnalis: Yohannes Krishna Fajar Nugroho Narastradi/Editor: Irvan Sjafari/Foto: Yohannes Krishna Fajar Nugroho Narastradi. 
Lihat juga...