MINGGU, 8 MEI 2016
BANDUNG — Hobi mengoleksi sepeda onthel tak melulu hanya membuang-buang waktu, tenaga dan uang. Karena menggemari sepeda kuno ini, Mundari (36), justru bisa meraup untung dan bisa menjalin persaudaraan dengan sesama penghobi lainnya.

Pria asal Boyolali, Jawa Tengah ini mulai jatuh cinta kepada sepeda onthel sejak tahun 2016 lalu. Menurutnya, alat transportasi ramah lingkungan klasik ini memiliki nilai sejarah. Karena itu dia bangga memilikinya.
“Awalnya saya hanya senang saja sama sepeda onthel ini, tapi jiwa pedagang saya tumbuh dan akhirnya terjun jadi penjual,” tutur Mundari di Gudang Persedian PT. Kereta Api Indonesia (KAI), Jalan Sukabumi, Kota Bandung, Sabtu (7/5/2016).
Untuk mendapatkan barang, dia rela pergi ke berbagai pelosok desa di negeri ini. Adakalanya dia mendapatkan barang yang langka dan memiliki nilai jual yang tinggi. Misalnya saja bila mendapat satu paket lampu sepeda onthel keluaran tahun 1950-an lengkap dengan dinamonya. Dia bisa menjual dengan harga Rp 6,5 juta.
“Saya pernah menjual sepeda onthel merek Gazelle tahun 1955 buatan Belanda dibeli dengan harga Rp 35 juta. Memang barangnya juga jarang ada,” ujarnya.
Disamping mencari pundi rupiah dari bisnis ini, yang paling utama adalah bisa menjalin silaturahmi. Karena itu, pria yang karib disapa Mumun Kelana ini selalu hadir jika ada event-event pencinta sepeda othel dimanapun berada.
“Kalau di pulau Jawa hampir semua tempat saya sudah datangi. Kalau luar Jawa yah ke Kalimantan, Bali sama banyak juga sih,” kenangnya.
Tak melulu di Indonesia, Mumun pernah menginjakan kaki di Benua Eropa, gara-gara hobi pada sepeda tua ini. Kala itu dia mewakili penghobi onthel di Indonesia untuk menghadiri acara di Belanda, Swedia, Italia dan Denmark.
“Misinya saya ingin belajar sama sambung silaturahmi, dari onthel ini bisa punya saudara se-Indonesia,” jelas pria dua orang anak ini.
Memang usaha jual beli onthel ini, tidak bisa dihitung seberapa besar keuntungannya tiap bulan. Ada kalanya bisa mendapat puluhan juta atau nihil sama sekali.
“Di rumah saya koleksi ada 40 sepeda, kalau dijual mungkin lebih dari Rp. 300 juta. Tapi permulaannya sih engga sampai segitu, boleh dibilang saya bisnis ini modal pas-pasan,” ucapnya.
Perlu ketekunan menjalani bisnis jual beli sepeda onthel ini. Dari mulai tahun produksi hingga keinginan konsumen harus dipelajari dalam-dalam. Belum lagi soal hunting barang yang memang prosesnya tidak mudah.
“Kalau harga relatif, karena pembeli juga macam-macam keinginannya. Ada yang suka barang yang mulus tapi ada juga yang lebih suka kalau barangnya sudah hancur, karena biar kelihatan tuanya,” pungkasnya. (Rianto Nudiansyah)