Siswa SMA di Yogyakarta Diduga Bunuh Diri Ditemukan di Makam

SABTU, 19 MARET 2016
Jurnalis : Koko Triarko / Editor : Fadhlan Armey / Sumber Foto: Koko Triarko 

YOGYAKARTA — Dunia pendidikan di Yogyakarta kembali berkabung, menyusul peristiwa meninggalnya seorang pelajar Sekolah Menengah Atas (SMA) yang diduga bunuh diri di sebuah makam dusun Gorongan, Condongcatur, Depok, Sleman, Yogyakarta. Pelajar atas nama Javellin Surya Rinanza (16), hari ini Sabtu (19/3/2016) pun dimakamkan. 
Agus Prih Adi Artanto, Romo Kokok
Javelin, siswa Kelas XI SMA Kolese De Britto, Yogyakarta, ditemukan meninggal di sebuah makam dekat nisan almrahumah Ibunya. Kabar itu sedemikian mengejutkan, karena diduga kuat korban sengaja bunuh diri menggunakan senjata api. Namun demikian, Kepolisian hingga kini masih melakukan penyidikan, untuk memastikan penyebab meninggalnya Javellin dan memastikan jenis senjata api yang ditemukan di lokasi kejadian, serta melacak asal senjata api tersebut.
Sementara itu, pihak keluarga korban yakni ayahnya yang merupakan anggota aktif TNI AU hingga kini belum memberikan pernyataan resmi.
Kabar meninggalnya Javellin, tentu mengejutkan pihak sekolah. Kepala Bagian Kepamongan (Kesiswaan), Romo Kokok ditemui menjelaskan, tiga hari sebelum ditemukan meninggal Javellin memang tidak masuk sekolah. Tercatat sejak hari Rabu hingga Jumat kemarin, Javellin tidak masuk sekolah. Didampingi Kepala Sekolah, Agus Prih Adi Artanto, Romo Kokok mengatakan jika sejak hari Rabu pihaknya sudah berupaya mencarinya melalui kontak telepon. 
“Bahkan, orangtua Javellin yakni ayahnya, pada Jumat pagi sempat datang ke sekolah menanyakan keberadaannya,” ungkapnya.
Namun, Sore harinya kabar mengejutkan justru diterima oleh Romo Kokok pada Jumat (18/3/2016), yang mengatakan Javellin ditemukan telah meninggal dunia dalam kondisi bersimbah darah di makam ibundanya. 
Tak urung, kabar itu menjadi duka mendalam bagi seluruh keluarga besar SMA Kolese De Britto. 
“Pribadi Javellin selama ini dikenal ramah, aktif, dan selalu bisa memberi warna di kelas. Karena itu, kami semua tidak menyangka dengan kejadian ini”, ungkap Romo Kokok.
Tempat ditemukannya korban
Sementara itu, Agus Prih Adi Artanto menjelaskan, Javellin merupakan siswa Kelas XI. Di Kelas XI itu hanya ada siswa 13 orang. Dengan jumlah siswa yang tergolong sedikit itu, katanya, relasi komunikasi dengan para siswa sangat dekat. 
“Dari setiap komunikasi para guru dengan murid, semua tampak wajar saja, Javellin itu periang dan aktif bertanya di kelas,”pungkas Agus.
Lihat juga...