RABU, 2 MARET 2016
Jurnalis: Koko Triarko / Editor: Gani Khair / Sumber foto: Koko Triarko
YOGYAKARTA — Menteri Pertanian, Amran Sualiman mengklaim, produktifitas pangan terutama padi dalam waktu 10 tahun terakhir ini meningkat 6 Persen. Beberapa komoditi lain seperti bawang dan kedelai juga meningkat. Sementara itu angka eksport luar negeri naik 100 Persen dan import industri dalam negeri menurun sebanyak 74 Persen.
![]() |
Amran Sulaiman dan Sri Purnomo |
Hal demikian disampaikan dalam kunjungan kerjanya di kawasan lahan pertanian dusun Candisingo, Madurejo, Prambanan, Sleman, Yogyakarta, Rabu (2/3/2016). Data tersebut, menurut Amran, merupakan hasil survey Badan Pusat Statistik tahun 2015.
Namun demikian, Amran juga menyayangkan, bahwa di saat paceklik di bulan Januari-Februari 2016 terdapat stock beras melimpah sebanyak 100 Persen yang ditimbun. Amran pun mempertanyakan dari mana beras itu diperoleh dan berharap hal itu tidak terjadi lagi.
Selain masalah penimbunan beras, Amran juga menyoroti perihal menurunnya jumlah petani di Indonesia. Berdasarkan data yang ada, katanya, petani di Indonesia masih didominasi oleh orangtua yang berusia di atas 50 tahun. Karena itu, pemerintah melakukan berbagai upaya untuk meningkatkan produktifitas padi untuk mencapai swasembada pangan dengan menerapkan teknologi pertanian. Dengan adanya traktor dan alat mesin panen, diharapkan, para petani meningkat efektifitas dan produktifitasnya. Untuk itu, Amran pun segera menyetujui permintaan para petani di wilayah tersebut yang membutuhkan alat dan mesin pertanian. Amran menjanjikan, segera mengirimkan 1 unit alat mesin panen, hand traktor 5 unit, dan pompa air kecil sebanyak 5 unit.
![]() |
Menteri Pertanian Amran Sulaiman saat mengunjungi lahan pertanian di Dusun Candisingo |
Sementara itu, Bupati Sleman, Sri Purnomo menyatakan optimismenya dalam meningkatkan hasil panen padi di tahun ini. Menurutnya, sektor pertanian di Kabupaten Sleman masih menjadi pekerjaan unggulan. Ini terlihat dari data dari sebanyak 163 Juta penduduk di Sleman, sekitar 23,01 Persennya berprofesi sebagai petani.
Selain itu, katanya, sektor pertanian di Sleman juga menyumbang Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) cukup tinggi yaitu sebesar 13,15 Persen di tahun 2015. Juga hasil pertanian yaitu hasil panen gabah kering juga mengalami surplus 108 Ribu Ton dari luas lahan pertanian 52.000 Hektar. Demikian pula dengan produktifitasnya juga meningkat sebanyak 60,17 Kwintal perhektarnya. Karena itu, pihaknya yakin jika di tahun 2016 Sleman akan nengalami surplus lagi.
Namun demikian, kata Sri Purnomo, sejumlah kendala juga harus dihadapi, antara lain banyaknya alih fungsi lahan dan cuaca yang membuat musim tanam mengalami kemunduran. Selama ini, katanya, berbagai inovasi telah dilakukan untuk mengatasi segala hambatan. Antara lain dengan mewajibkan menerapkan pola tanam jajar legowo bagi kelompok tani penerima program bantuan. Keunggulan pola tanam itu, menurut Sri Purnomo, akan memudahkan proses pemberian pupuk dan membersihkan gulma. Namun demikian, upaya perluasan lahan juga perlu dilakukan.
Untuk itu, Sri Purnomo mengharapkan, adanya bantuan cetak lahan atau membuka lahan baru yang di wilayah Sleman sangat mungkin dilakukan. Pasalnya, kata Sri Purnomo, saat ini ada sebanyak 10 Hektar lahan pertanian di wilayahnya yang tertutup material Gunung Merapi akibat erupsi 2010.
Sementara itu, juga masih ada sekitar 50 Hektar lahan yang bisa dihidupkan kembali di wilayah desa Ngemplak dan Cangkringan, Sleman. Terhadap persoalan itu, Amran menjanjikan program cetak lahan di wilayah Sleman seluas 100 Hektar.