RABU, 10 FEBRUARI 2016
Jurnalis: Zulfikar Husein / Editor : ME. Bijo Dirajo / Sumber foto: Zulfikar Husein
ACEH — Namanya Renaldi Fernanda. Bocah beurisa 13 tahun ini tinggal di desa Matang Munye, Kecamatan Syamtalira Arun, Kabupaten Aceh Utara, Aceh. Sejak kecil, anak semata wayang dari pasangan Ramli (48 tahun) dan Darmiah (39 tahun) ini menderita lumpuh layu. Ia lahir secara operasi di rumah sakit. Usia tiga hari, tubuh bocah ini mengalami demam tinggi. Oleh dokter, Renaldi dirawat dalam tabung inkubator elama 15 hari.
![]() |
Renaldi Fernanda, bocah penderita lumpuh layu di Aceh Utara |
Karena alasan keterbatasan dana, Renaldi akhirnya dikeluarkan dari tabung inkubator dan dibawa pulang ke rumah. Ia kemudian dirawat oleh kedua orang tuanya di rumah. sejak saat itu ia tidak dapat jalan, bahkan hampir tidak bisa bergerak sama sekali.
“Telungkup tidak bisa, bangun tidak bisa, duduk tidak bisa, bicara tidak bisa, hanya ketawa saja yang bisa,” ujar Darmiah, kepada Cendana News, Rabu (10/2/2016).
Meski tinggal di salah satu desa binaan perusahaan eksplorasi minyak dan gas, ExxonMobil, keduanya tak memiliki pekerjaan. Mereka bekerja sebagai buruh di sawah saat musim tanam dan panen tiba.
“Kalau lagi tidak musim ke sawah, ya saya bantu manjat kelapa orang untuk dijual, ngupas kelapa, yang penting bisa beli susunya,” kata Ramli, ayah Renaldi.
Ramli mengaku, sehari-hari hanya mencari uang untuk beli susu Renaldi. Karena menderita lumpuh layu, Renaldi masih mengkonsumsi susu balita.
Ia menambahkan, selama ini, jika ia tidak memiliki uang, kebutuhan susu terbantu dengan dana dhuafa yang diberikan oleh kepala desa. Sesekali kepala desa datang memberi uang Rp.200 ribu dana dhuafa untuk kebutuhan susu Renaldi.
Menurut Darmiah, bantuan untuk anaknya banyak datang ketika menjelang musim pemilhan umum atau pemilihan kepala daerah (Pilkada). Saat itu, katanya, banyak calon-calon anggota dewan yang datang memberi bantuan untuk bocah tersebut.
“Waktu itu, ada datang bawa beras, telur ayam, susu, dan uang Rp. 500 ribu. Setelah pemilu nggak ada. Dinas Sosial yang ada datang dua kali, kasi bantuan, selebihnya paling bantuan dari keuchik,” katanya.
Sementara itu, meski tinggal di dekat perusahaan ExxonMobil, salah satu perusahaan migas raksasa tersebut tidak pernah memperhatikan renaldi.
“Yang ada saudara yang kerja di situ yang datang kasi bantuan”.
Kini, baik Ramli maupun Darmiah, tidak lagi berharap anaknya bisa sembuh. Kata Darmiah, mereka hanya ingin, anaknya bisa terus dalam kondisi sehat. Kemudian ia berharap bocah itu bisa duduk.
“Harapan saya, kami bisa terus kasi dia susu, agar ia sehat terus dan bisa duduk saja sudah cukup,” harap Darmiah.