Penyandang Disabilitas di Aceh Ikuti Lomba Debat Publik

MINGGU, 28 FEBRUARI 2016
Jurnalis: Zulfikar Husein / Editor : ME. Bijo Dirajo / Sumber foto: Zulfikar Husein

ACEH — Sekitar 4 anak disabilitas mengikuti lomba debat publik mengenai Kebhinekaan yang diselenggarakan oleh Solidaritas Perempuan (SP) Aceh, di Aula Museum Aceh, Sabtu (27/2/2016). Keempatnya ikut berbaur dengan anak normal lain menjadi peserta lomba debat.
Muhajir (pegang mikrofon) salah seorang peserta dengan disabilitas pada debat publik
“Sengaja kita undang, anak-anak dengan disabilitas, dan untuk peserta debat itu kita acak, jadi semua bercampur, yang disabilitas juga menjadi anggota kelompok yang normal, jadi mereka yang disabilitas bukan dipisahkan, tapi dicampurkan, disamakan,” ujar Asry, Penyelenggara kegiatan kepada Cendana News.
Asry menambahkan, baik anak dengan disabilitas dengan anak muda yang normal itu tidak dibedakan. Menurutnya, menggabungkan mereka dengan anak normal lain bukan untuk merendahkan anak-anak disabilitas, namun sebagai bentuk memberi peluang yang sama antara yang normal dan yang mengalami disabilitas.
“Hasil yang kita harapkan, dengan ikut sertanya mereka yang tidak dibedakan, publik mulai mendukung kegiatan-kegiatan membangun kebersamaan antar komunitas beragam termasuk komunitas disabilitas,” kata Asry.
Sebagaimana diberitakan sebelumnya, Solidaritas Perempuan (SP) Aceh melaksankan kampanye publik mengenai keberagaman di Aula Museum Aceh, Banda Aceh, Aceh, Sabtu (27/2/2016). Kampanye dilakukan lewat debat publik dengan tema Mengangkat Nilai-nilai Kebhinekaan Sebagai Pemersatu Bangsa.
Sebanyak 10 komunitas dengan berbagai latar belakang yang beragam ikut ambil bagian dalam lomba debat tersebut. Kesepuluh komunintas tersebut adalah Gempur, Young Voice, Sekolah HAM Flower, The Puliher’s Intitute Aceh. Kemudian Sekolah Keberagaman SP Aceh, Remaja Serikat Inong Aceh (SeIA), Pemuda Kristen Banda Aceh, Pemuda Vihara Skyamuni Banda Aceh, Ikatan Mahasiswa Muhammadyah Banda Aceh, dan Pemuda Katolik Banda Aceh.
Lihat juga...