Dihantam Banjir, Pegawai Syahbandar dan Dishub Memilih Pindah

MINGGU, 28 FEBRUARI 2016
Jurnalis : Henk Widi / Editor : ME. Bijo Dirajo/ Foto: Henk Widi 

LAMPUNG — Hujan yang terus mengguyur wilayah Lampung Selatan dan sekitarnya berimbas kepada lokasi terdampak Jalan Tol Trans Sumatera (JTTS). Sebagian besar warga di Kecamatan Bakauheni meliputi Desa Bakauheni, Desa Kelawi, Desa Hatta sebagian besar pindah ke tempat yang baru, pasca menerima ganti rugi lahan tol sejak awal tahun 2016. Berbeda dengan beberapa pegawai dari Dinas Perhubungan Provinsi Lampung, pegawai Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan (KSOP) Bakauheni yang masih bertahan menempati mess yang diperuntukkan bagi mereka.
Rumah digenangi banjir
Menurut salah satu pegawai, Iskandar, lokasi mess berada tak jauh dari titik nol Jalan Tol Trans Sumatera dan selama proses penggusuran dan perataan tanah, lokasi mess masih bisa digunakan. Namun semenjak hujan mulai mengguyur wilayah Lampung dan sekitarnya, air dari beberapa selokan mengalir ke area mess yang membuat bangunan tergenang.
“Kami masih boleh menempati lokasi ini karena memang masih bisa digunakan dan tak terlalu mengganggu proses pembangunan jalan tol, tapi karena banjir sudah menggenang kami, hari ini terpaksa pindah,”ungkap Iskandar kepada Cendana News, Sabtu sore (27/2/2016).
Iskandar mengaku, selama proses pembebasan lahan tol yang dialami oleh ratusan warga di Kecamatan Bakauheni, mess KSOP dan Dinas Perhubungan juga terdampak dan harus diratakan, namun selama ini masih tetap digunakan dan diperbolehkan dipergunakan selama belum akan dilakukan proses pembuatan tanggul dan talud. Namun, hujan yang menghantam wilayah Bakauheni membuat sejumlah saluran yang dipergunakan untuk mengalirkan air tak lagi berfungsi bahkan wilayah sekitar mess yang sebelumnya memiliki sungai kecil kini sudah tertutup material timbunan tol.
“Awalnya air banjir masih bisa meresap namun lama kelamaan sudah tak bisa lagi, terutama saat intensitas hujan tinggi dan pernah air banjir membuat tempat tidur terendam, alat alat dapur hanyut sehingga secepatnya kami akan pindah,”ungkap Iskandar.
Pantauan Cendana News, beberapa pekerja terlihat mulai membongkar bangunan mess KSOP sementara bangunan mess Dinas Perhubungan masih dipergunakan meski pegawai harus melakukan pembersihan air banjir. Beberapa pegawai KSOP mengaku belum mendapat kepastian lokasi baru untuk tempat tinggal, sementara sebagian besar pegawai bertempat tinggal di wilayah yang jauh dari Pelabuhan Bakauheni.
“Sebagian bekerja di Bakauheni namun rumahnya berada di kabupaten lain sehingga mess digunakan untuk tempat tinggal dan kini harus tergusur oleh jalan tol dan terendam banjir,”ungkap Sohri.
Proses pembangunan Jalan Tol Trans Sumatera yang dimulai sejak April 2015 di titik nol Bakauheni di ruas Bakauheni-Terbanggi Besar hingga kini masih dalam tahap pembebasan lahan dan penimbunan. Beberapa desa tercatat sepanjang 14 kilometer sudah terbebas diantaranya Desa Bakauheni, Desa Kelawi dan Desa Hatta. Puluhan alat berat dari kontraktor PT Hutama Karya (HK), PT Pembangunan Perumahan (PP) terus melakukan proses pengerjaan dengan mengeruk perbukitan untuk membuat jalur tol yang lebih rata.
Pembebasan lahan tol dilakukan sebanyak tiga kali di wilayah Kecamatan Bakauheni. Ganti rugi tahap pertama diberikan kepada masyarakat sebanyak 112 orang dari 193 bidang dengan nilai uang sebesar Rp62,5 milyar yang digelontorkan. Tahap kedua diberikan ganti rugi kepada 85 pemilik lahan terhadap 90 bidang lahan dengan kucuran dana melalui Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) sebanyak Rp56,3 Milyar. Sementara pemberian ganti rugi lahan tol tahap ketiga diberikan kepada sebanyak 70 bidang.
Lihat juga...