Menabung Pohon Mulai Dilirik Warga Lampung

SABTU, 2 JANUARI 2016
Jurnalis: Henk Widi / Editor: Sari Puspita Ayu / Sumber foto; Henk Widi

LAMPUNG—Warga Lampung yang memiliki lahan luas dan selama ini tak dimanfaatkan, mulai menggunakan lahan miliknya untuk penanaman kayu tahunan dengan sistem penebangan saat sudah siap dipanen. Pemanfaatan lahan untuk menabung (investasi) tersebut mulai dilirik seiring dengan membaiknya harga kayu berbagai jenis untuk kebutuhan bangunan, meubeler, serta kebutuhan lainnya. 


Penanaman dalam jumlah banyak di area luas bahkan dilakukan warga di Kecamatan Labuhan Ratu Lampung Timur yang hasilnya digunakan untuk biaya sekolah anak dan biaya tak terduga.
Salah satu warga Desa Labuhan Ratu Lampung Timur, Joni (45) mengaku mulai menanam pohon jenis sengon laut dengan bibit sebanyak 200 batang di lahan seluas setengah hektar. Sebagianb pohon sengon ditanamnya disela sela pohon lain dan sebagian di pinggir kebun.
Setelah penanaman selama 5 tahun Joni mengaku mulai siap menebang pohon miliknya dan dijual ke pengepul kayu gelondongan yang akan dijual ke Jakarta. Kayu sengon tersebut dijualnya dengan sistem kubikasi dengan harga rata rata Rp400 ribu perkubiknya tergantung diameter.
“Setelah ada kesepakatan harga saya cari tukang potong kayu dengan gergaji mesin dan diangkut dengan kendaraan untuk dibawa ke pengepul, kayu ini rencananya akan digunakan untuk palet serta balok,”ujar Joni kepada Cendana News di kebun miliknya, Sabtu (2/1/2016).
Joni mengaku harga kayu jenis sengon relatif murah dibandingkan kayu keras jenis Bayur, Medang maupun kayu jenis kayu keras lainnya. Ia bahkan mengakui berdasarkan diameter harga kayu sengon saat ini dihargai cukup beragam oleh pembeli untuk diolah menjadi kayu balkenan, palet. Kayu tersebut diolah menggunakan mesin potong di tempat pengolahan kayu dan dikirim ke Pulau Jawa dalam keadaan sudah berbentuk kayu olahan.
Joni mengungkapkan saat ini kayu sengon berdiameter 10cm-14cm dihargai Rp350 ribu,kayu sengon diameter 15cm-19cm dihargai Rp450 ribu, kayu diemeter 20cm-24cm dihargai Rp650 ribu. sementara kayu diatas diameter 25 cm dihargai mulai harga Rp750 ribu perkubiknya. Sementara kayu sengon gelondongan dengan diameter 26cm-30cm dihargai dengan Rp800 ribu, diameter 30cm-39cm seharga Rp800ribu, diameter 39cm-40cm dihargai Rp850 ribu dan diatas 40 cm bisa mencapai harga Rp950 ribu.
“Relatif murah dibandingkan kayu jenis lain yang harganya jutaan namun lumayan karena saya bisa memperoleh sekitar 5 juta lebih untuk kayu yang saya panen,”ungkapnya.
Hasil penjualan dari menabung kayu tersebut ungkap Joni akan dipergunakan untuk membayar uang muka sewa tanah yang akan ditanami jagung selama beberapa garapan. Ia mengakui menabung dengan kayu merupakan salah satu cara mendapatkan uang yang tak berwujud uang cash dan selama beberapa kali menebang kayu ia merasa diuntungkan. 
Selain investasi kebun dengan menanam pohon kayu untuk bahan bangunan, salah satu warga lain menggunakan lahannya untuk menanam tanaman kayu produktif berupa tanaman karet di kebun miliknya. Salah satu warga Lampung Selatan, Joko, sudah sejak 10 tahun menjadi karyawan swasta dan mulai menanam pohon karet di Desa Gandri Kecamatan Penengahan dengan luas sekitar 1 hektar. Ia mulai menanam pohon karet dengan harapan untuk bisa dipanen dan dipergunakan untuk membiayai kuliah anak anaknya. Ia mengakui memilih menanam karet dibanding tanaman lain karena karet merupakan salahs atu kebutuhan penting bagi masyarakat modern.
“Memang menanam karet merupakan investasi jangka panjang namun saya melihat ini peluang karena sembari bekerja sebagai karyawan saya masih bisa mengelola kebun meski jangka waktunya lama,”ungkap Joko.
Bermodalkan investasi sebesar Rp27juta untuk proses penanaman, perawatan serta pemanenan kini Joko mampu mendapat penghasilan kotor selama sebulan sebesar Rp2,8juta. Kondisi hasil panen dan harga jual juga mempengaruhi pendapatan yang diperolehnya, jika harga karet sedang naik dengan harga rata rata Rp8ribu maka penghasilannya akan semakin membaik.
Ia bahkan berencana mengembangkan lahan karet miliknya dengan membeli lahan lain untuk pengembangan investasi pohon karet. Selain karet Joko juga mengaku memiliki ratusan batang pohon jati ambon (jabon) yang akan digunakannya untuk persiapan membiayai perjalanan ibadah haji. Joko mengungkapkan investasi jangka panjang dengan menanam pohon masih kurang diminati karena warga mengingingkan memperoleh uang dengan cepat diantaranya dengan menanam jagung.
“Kalau menanam jagung tanpa disela dengan tanaman kayu saya berpikir merugikan sehingga saya tetap menanam jagung selama usia tanaman jabon saya belum tinggi,”ungkapnya.
Masa produktif karet serta tambahan penanaman kayu jabon miliknya menjadi harapan untuk menambah tabungan bagi keluarga. Joko bahkan mulai berani melakukan sistem sewa lahan untuk penanaman kayu jenis sengon yang mulai bisa dipanen dengan usia kurang lebih 5-6 tahun untuk pengembangan investasi yang digeluti tersebut.
Jurnalis: Henk Widi
Twitter: @Henk_Widi
Lihat juga...