Harga Naik Turun, Petani Cabe di Sleman Mengaku Sudah Biasa

SABTU, 30 JANUARI 2016
Jurnalis: Koko Triarko / Editor : Gani Khair / Sumber foto: Koko Triarko

YOGYAKARTA—Petani cabe merah di Dusun Krodan, Maguwoharjo, Depok, Sleman, Yogyakarta, Sabtu (30/1/2016), memenan cabe merah untuk yang kedua belas kalinya dari pohon yang sama. Kendati hasilnya memuaskan, sayangnya harga cabe saat ini mengalami penurunan. 


Dengan jenis Cabe 99, petani di Dusun Krodan mampu menghasilkan panen cabe merah yang memuaskan. Dari lahan seluas 4000 meterpersegi, dalam sekali petik panen bisa diperoleh sebanyak kurang lebih 1,5 kwintal. Namun, sayangnya hasil panen yang memuaskan saat ini tak diimbangi dengan harga jual cabe yang memuaskan. Sebaliknya, harga jual cabe saat ini justru mengalami penurunan. Di tingkat petani, harga jual cabe merah sebesar Rp. 7000 perkilogram. Harga tersebut sangat jauh dari yang diharapkan oleh para petani. 
Demikian diungkapkan Slamet Sriyono (30), salah satu petani dusun Krodan yang ditemui Sabtu (30/1/2016). Ia mengatakan, dengan harga sebesar itu sulit untuk membayar buruh petiknya. Namun, Slamet mengaku sudah terbiasa dengan naik turunnya harga cabe. Bahkan, dengan harga jual cabe sekarang yang hanya Rp. 7000 perkilogram, ia mengaku masih ada sedikit untung jika hasil penjualan cabe merahnya ditotal sejak dari panen pertama, lalu.
Slamet mengatakan, harga cabe paling tinggi terjadi bulan Oktober-November 2015 yaitu sebesar Rp. 50.000 perkilogram. Namun sejak itu, harga terus menurun sampai sekarang menjadi Rp. 7.000 perkilogramnya. Slamet mengaku tak begitu merisaukan harga jual cabe yang naik turun. Hal penting baginya, adalah menjaga tanaman cabe agar bisa menghasilkan panen yang bagus. Untuk itu, Slamet pun memilih menggunakan pupuk organik dari kotoran sapi, kambing dan ayam. 
Dengan pupuk kandang itu, daun tanaman bisa lebih tahan lama dalam keadaan hijau segar. Sementara efek dari pupuk kandang itu membuat tanah semakin gembur. Menurutnya, hal itu berbeda dengan pupuk kimia yang justru menyebabkan tanah mengeras, dan daun tanaman layu ketika pupuk kimianya habis.
Sementara, cara penggunaan pupuk kandang juga mudah. Kotoran ayam difermentasikan dengan dicampur tetes tebu, lalu ditutup terpal selama dua minggu. Setelah itu baru bisa digunakan. Sedangkan untuk kotoran kambing dan sapi caranya sama. Hanya saja butuh waktu satu bulan proses fermentasinya. 
“Ini karena kotoran sapi dan kambing itu cukup keras kandungan gasnya”, pungkasnya. 
Lihat juga...