
LAMPUNG — Di kota besar, ruang bermain terbuka untuk anak-anak dan remaja menjadi hal yang langka. Meski terdapat berbagai fasilitas, namun untuk dapat menggunakannya harus mengeluarkan rupiah. Dan pemakaiannya juga diatur melalui waktu penggunaannya.
Namun di daerah pedesaan, areal untuk bermain masih tersedia, bahkan gratis dan hal tersebut masih berlaku hingga sekarang di berbagai daerah di Indonesia, tidak terkecuali di Kecamatan Panengahan Lampung.
Di Kecamatan Penengahan, terdapat beberapa lapangan yang cukup luas dan tersebar di beberapa desa, diantaranya Klaten, Pasuruan, dan tidak ketinggalan lapangan Kecamatan Penengahan.
Kondisi lapangan berumput tersebut bahkan digunakan setiap sore oleh puluhan anak anak serta remaja yang bermain sepeda, olahraga lari dan sepakbola.
Ketersediaan ruang publik yang masih bisa diakses secara cuma cuma merupakan sebuah keistimewaan yang ada di desa, seperti yang disebutkan salah satu tokoh pemuda, Sukoco. Ia menilai warisan yang sangat bagus bagi desa adalah tanah desa berupa lapangan yang bisa dipergunakan oleh seluruh warga termasuk anak anak dengan nyaman dan tentunya cuma cuma.
“Kita tetap bersyukur masih memiliki lapangan yang luas dibanding kota besar dan bahkan masih bisa bermain di lapangan dengan tanpa membayar atau menyewa,”ungkapnya.
Meskipun tidak membayar, namun beberapa aset desa berupa bangunan dirasakan sudah cukup bagus di Kecamatan Penengahan. Gedung Serba Guna Raden Intan II salah satunya. GSG tersebut sering dipergunakan untuk berbagai kegiatan dengan kapasitas tampung mencapai ratusan orang.
Keberadaan Gedung Serba Guna Raden Intan II dipandang positif oleh beberapa pecinta olahraga layaknya keberadaan lapangan. Beberapa klub olahraga karate, judo serta olahraga bulutangkis bahkan mempergunakan gedung serba guna dengan waktu yang dijadwalkan dengan membayar biaya yang cukup murah.
“Ruangan yang representatif cukup lumayan dan kami hanya membayar iuran untuk listrik yang terkadang harus kami nyalakan jika kami berlatih hingga malam hari,”ujar Zaki, salah satu pelatih olahraga Karate di Gedung Serba Guna Raden Intan Penengahan kepada Cendana News, Minggu (2/8/2015).
Selain klub olahraga karate, olahraga badminton juga mempergunakan gedung serba guna tersebut. Iuran yang dibayarkan tak melebihi Rp50ribu perbulan. Hal tersebut dirasa sesuai dengan adanya lokasi yang representatif bagi para pecinta olahraga badminton maupun karate.
Keberadaan lapangan, gedung serba guna tersebut menurut Zaki dan beberapa kawannya harus tetap dipertahankan untuk kepentingan masyarakat desa. Anak anak dan remaja sangat memerlukan ruang publik yang luas untuk berekspresi dan berolahraga sehingga dapat melakukan hal-hal yang positif.
“Banyak anak anak dan remaja berolahraga setiap sore dan ini pastinya membawa dampak positif aktifitas warga yang aman dan nyaman,”ungkap Zaki.
Sementara itu salah satu orang tua, Budiman yang memiliki dua orang anak mengaku keberadaan lapangan desa dan kecamatan sangat diperlukan. Terutama lapangan menjadi lokasi yang ramah anak untuk bermain karena tak ada kendaraan melintas serta anak bisa mengekspresikan masa kecilnya dengan baik.
“Saya kerap membawa anak saya dan membawa bola dan mereka sangat senang berada di lapangan, sementara kalau saya berolahraga di gedung serba guna setiap malam tertentu untuk bermain badminton,”ungkap Budiman.
Dari pantauan Cendana News, puluhan anak anak dan remaja bahkan menikmati permainan yang dimainkan bersama sama diantaranya bermain bola atau sekedar duduk duduk di rumput.




MINGGU, 02 Agustus 2015
Jurnalis : Henk Widi
Foto : Henk Widi
Editor : ME. Bijo Dirajo