Kawasan Genteng Biru, Referensi Lokasi Berbuka Puasa di Denpasar
CENDANANEWS (Denpasar) – Dalam berbuka puasa, warga Bali yang berpuasa memiliki tempat-tempat favorit masing-masing. Banyak sekali tempat berbuka puasa yang dapat dikunjungi, salah satunya adalah kawasan pertokoan Genteng biru, jalan Diponegoro, Denpasar.
Dinamakan genteng biru karena semua ruko dikawasan ini menggunakan genteng atau atap yang di cat berwarna biru. Kawasan ini saat siang hari merupakan kawasan perkantoran atau tempat usaha yang tenang. Namun menjelang malam berubah menjadi kawasan kuliner yang juga sangat tenang sehingga cukup membuat nyaman pengunjung yang ingin mampir menikmati santap malam.
Berbuka puasa di kawasan ini dapat dijadikan referensi. Disamping suasananya tenang, juga dekat dengan beberapa Masjid untuk Sholat Tarawih, seperti Masjid An-Nur di Jalan Diponegoro dan Masjid Agung Denpasar di Jalan Sudirman.
Anita, seorang pembeli Es Kelapa Muda mengatakan, bahwa ia dan teman-temannya sangat menyukai membeli makanan atau makan di kawasan genteng biru dikarenakan suasananya tenang.
“Kawasan ini tidak terlalu istimewa, tapi cukup tenang untuk menikmati makan malam, berbuka puasa, atau sekedar kumpul dengan teman-teman minum Es Kelapa muda,” jelas Anita sambil memesan Es Kelapa Muda favoritnya di ujung jalan kawasan ruko genteng biru.
Hal senada juga diucapkan Mulyono, pedagang Makanan cepat saji asal Lumajang, Jawa Timur. Ia mengatakan sudah sejak lama kawasan genteng biru menjadi kawasan yang tenang untuk santap malam apalagi berbuka puasa di Bulan Ramadhan.
“Mungkin karena ini dikawasan perkantoran jadi pelanggan-pelanggan yang datang senang sekali dengan ketenangan daerah ini,” ujar Mulyono kepada CND.
Harapan Mulyono dan Anita bahwa tidak akan ada perubahan dari tenangnya kawasan kuliner malam pertokoan genteng biru ini kedepannya. Sebagai Pedagang dan Pelanggan, mereka sudah merasa cocok dengan keadaan kawasan pertokoan genteng biru yang sangat santai.
——————————————————-
SENIN, 06 Juli 2015
Jurnalis : Miechell Koagouw
Fotografer : Miechell Koagouw
Editor : ME. Bijo Dirajo
——————————————————-