![]() |
Bendungan Umadui |
CENDANANEWS (Denpasar) – Sungai Mati (kali mati) yang menjadi sandaran ketersediaan air bagi petani-petani di wilayah Desa Umadui, Padang Sambian Kelod – Denpasar Barat, beberapa tahun belakangan ini mengalami pendangkalan yang cukup memprihatinkan. Pendangkalan tersebut Bendungan Umadui tidak dapat berfungsi dengan baik.
Bendungan yang tidak berjalan dengan baik dikhawatirkan akan terjadi bencana banjir yang akan mengenangi sawah dan dapat merusak mata pencarian petani setempat.
Penyebab pendangkalan ditengarai karena pembangunan rumah maupun ruko di sepanjang Sungai Mati yang menyebabkan terjadinya penyempitan anak-anak sungai dan pengendapan tanah yang menimbulkan dataran baru.
“Kedalaman sungai ini awalnya mencapai dua meter, namun sekarang kita bisa bebas jalan-jalan di tengah sungai, seperti ditengah sawah,” kata penjaga bendungan yang merupakan penduduk asli Desa Umadui, Kadek Muliawan kepada CND, Rabu (3/6/2015)
Dengan membiarkan pendangkalan berlarut-larut maka sama saja mengaburkan fungsi kontrol volume air dari bendungan umadui. Karena bagaimanapun pintu air bendungan dibuka tutup maka air tetap meluap karena daya tampung sungai berkurang.
“Dinas PU berjanji melakukan pengerukan pada bulan Juli 2015, namun itu baru wacana, jadi warga desa belum bisa berharap banyak,” Kadek Muliawan menambahkan.
Harapan ke depannya, Pemerintah Kota segera merealisasikan wacana pengerukan Sungai Mati berikut normalisasi seluruh anak sungai sebelum dan sesudah Sungai Mati. Jika hal ini dilakukan, maka bukan Desa Umadui saja yang selamat melainkan juga seluruh daerah yang dilewati Sungai Mati.
Bendungan Umadui di Jembatan Gunung Soputan yang mulai berjalan pertama kali tahun 2001 dan mengalami renovasi pada tahun 2011. Fungsi bendungan ini adalah sebagai pengontrol kapasitas air di Sungai Mati (Kali Mati) yang datang dari cabang-cabang sungai di denpasar menuju anak-anak sungai di daerah Sunset Road Kuta.


——————————————————-
Rabu, 3 Juni 2015
Jurnalis : Miechell Koagouw
Fotografer : Miechell Koagouw
Editor : ME. Bijo Dirajo
——————————————————-