Para Pendulang Rupiah Dari Tradisi Ziarah Kubur

Membersikan makam
PADANG –  Tradisi ziarah kubur jelang Ramadhan sudah mengakar di masyarakat Sumatera Barat (Sumbar), dimana saja pandam pekuburan dan pemakaman umum (TPU) akan ramai dikunjungi peziarah. Para peziarah tidak saja bersih-bersih kubur atau makam keluarga tapi juga bersilaturahmi dengan sanak saudara yang sudah lama tidak jumpa.
Selasa (16/6/2015) sore. Cuaca cerah di kompleks pemakamam terlihat berjejeran penjual bunga rampai dan air mawar menjajakan dagangannya.
“Beli bunga da, uni, satu kantong Rp 3.000 kalau beli dua Rp 5.000 saja,” ujar Ulya (36) seorang penjual bunga rampai yang berdagang dipinggiran komplek TPU Tunggul Hitam saat ditemui cendananews di sela kegiatannya berdagang.
Ulya mengaku, dalam  satu hari dia bisa mendapatkan uang Rp 100 ribu hingga Rp 200 ribu. Dan itu hanya bisa ia peroleh saat jelang Ramadhan saja. Untuk hari-hari biasa, ia hanya bisa memperoleh Rp 10.000 hingga Rp 15.000 saja.
“Hari ini cukup ramai dari biasanya, karena Ramadhan hampir tiba,” ujar ayah tiga anak ini.
Dia menjual sebungkus bunga rampai Rp 3.000 kalau beli dua Rp 5.000. Sedangkan air mawar satu botol Rp 5. 000. Meski terbilang ramai, menurutnya tidak seramai tahun lalu. Hal itu berdampak terhadap penjualannya. Apalagi sekarang pedagang lebih banyak dibanding tahun lalu.
Bunga rampai itu diperoleh dari berbagai daerah di Kota Padang. Dalam satu bungkus, terdapat tiga macam bunga, yaitu melati, bunga kenanga, bunga mawar dan ditambah daun pandan yang telah diiris-iris secara halus
.
Bunga itu diramunya sendiri. Ia sudah puluhan tahun berjualan bunga di TPU Tunggul Hitam, menurutnya puncak ramainya pengunjung, dua  hingga satu hari jelang satu Ramadhan. Biasanya pada hari itu pedagang bunga banting harga. Dikhawatirkan tidak habis, karena bunga hanya tahan dua hari paling lama.
“Kalau sudah semakin sore, kami akan menjual Rp 5.000 untuk satu kantongnya. Harga ini juga sama untuk hari besok dan sampai satu Ramadhan,” pungkas Ulya.
Aan (25), peziarah asal Batam ini menyatakan bahwa ia sangat tertolong dengan banyaknya pedagang bunga di sekitar TPU.
“Kami tidak repot-repot lagi membawa bunga dan air mawar dari rumah. Apalagi bunga itu tentu layu, meski kami datang dengan pesawat karena di sekitar makam sudah banyak yang menjual bunga,” ujarnya.
Ia sengaja berziarah, karena ini momen penting untuk mengenang  sanak saudaranya dan orang tuanya yang telah dimakamkan di Kota Padang.
“Kami sekeluarga sudah tinggal di Batam, orang tua dan sanak saudara saya meninggal dan dimakamkan di Kota Padang, karena kala itu kami merantau kesini. Setiap tahun jelang puasa kami selalu datang berziarah ke makam kedua orangtua dan sanak saudara kami untuk bersih-bersih makam dan berdoa agar mereka diberi kelapangan di alam barzakh,”  pungkasnya.
Selain penjual bunga rampai, ternyata ada pula belasan orang yang satu keluarga. Sekeluarga yang menjelama menjadi petugas pembersih makam musimam pun dapat rezeki saat peziarah ramai. Terkadang, makam yang telah dipenuhi belukar tidak mampu hanya dibersihkan oleh tiga orang saja. Maka tenaga para petugas kebersihan dadakan ini jadia pilihan yang tepat.
Al, Pembersih Makam
Al (68) salah seorang petugas bersih-bersih dadakan. Ia mengaku, sejak dua minggu kebelakang sudah  banyak yang meminta bantuannya untuk membersihkan makam yang ditumbuhi rumput dan porselen kuburan yang mulai pudar dilapuki lumut.
“Kami tidak pernah memasang tarif tetap, kami menerima berapapun yang mereka bayarkan. Ini barusan tadi ada yang bayar Rp 1.000. Kami tetap akan membersihkan makam, tidak ada pilih kasihnya. Jika rezeki lagi baik, ada yang memberi Rp 50.000 hingga Rp 100.000,” ujar Al yang telah menjadi penjaga makan di TPU Tunggul Hitam selama 55 tahun tersebut.
Selain pembersih kuburan, pedagang bunga rampai. Tukang parkir jua ikut meraup untung. Mau tidak mau, peziarah harus merogoh kocek Rp 3.000 untuk motor dan Rp 5.000 untuk mobil, uang tersebut harus  diberikan pada para tukang parkir liar tersebut jika anda tidak ingin mobil dan motor anda lecet. Sebab jalanan yang sempit dan padat menjadi ancaman nyata, dan hanya tukang parkir itu yang bisa diandalkan karena mereka bekerja secara berkelompok.

——————————————————-
Rabu, 17 Juni 2015
Jurnalis       : Muslim Abdul Rahmad?
Fotografer : Muslim Abdul Rahmad?
Editor         : ME. Bijo Dirajo
——————————————————-
Lihat juga...