![]() |
Wardi sedang menuliskan nomor hp menggunakan Huruf Braile |
Tren
- Bawaslu Kulon Progo Tandatangani PKS dengan Universitas Janabadra
- Obituari Wina Armada Sukardi: Wafatnya Sang Tokoh
- Festival Gau’ Maraja Leang-leang 2025: Kenalkan Situs Arkeologis Indonesia ke Dunia
- Rinjani Ditutup?
- Menteri Kebudayaan: FFI Representasi Keberagaman Sinema Indonesia
- Harmoni Zaman 70-an: Lestarikan Perjalanan Musik Indonesia
- Kunjungi BRIN Cibinong, Menteri Kebudayaan Dorong Kolaborasi Penelitian Warisan Budaya Indonesia
- Isu Sparatisasi Sudah Tidak Efektif?
- Inilah Para Sastrawan Pemenang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025
- Pendidikan Idiologi Negara: Indonesia dan Negara-Negara Besar
CENDANANEWS (Yogyakarta) – Bisnis memang penuh resiko. Hal itu juga yang dialami oleh Wardi penjual pulsa dipinggir Jalan Cik Di Tiro, Yogyakarta. Keterbatasannya yang dimilikinya membuat beberapa orang berniat jahat untuk memperdayanya.
Beberapa kali Wardi ditipu oleh pembeli. Setelah pulsa terkirim, diam-diam pembelinya kabur tanpa membayar. Salah satu kerugian terbesar yang pernah dialami Wardi yaitu sebesar Rp.700ribu. Saat itu ada seorang pembeli datang dan meminta isi pulsa ke beberapa nomor senilai Rp.700ribu.
“Saya senang, ada yang beli pulsa langsung banyak, orangnya juga kedengarannya ramah,” ujarnya.
Namun saat pulsa sudah terisi semua, seseorang bersuara laki-laki tersebut izin pergi mengambil uang di ATM. Namun setelah ditunggu sampai sore, laki-laki tersebut tidak kunjung datang.
“Ya wes, ilang duitnya, kena tipu. Nama orang jahat mesti tetep ada, tapi saya tetap percaya nggak semua orang itu jahat,” ungkapnya.
Meski sudah mengalami penipuan, Wardi tidak menyerah begitu saja berbisnis. Menurutnya rugi adalah hal yang wajar dalam bisnis, sehingga dia hanya bisa berdoa agar para penipu yang pernah menipunya mendapat balasan dari Tuhan.
“Biar Allah yang balas, saya ini yang penting ikhlas, anggap saja saya sedang sedekah,” tandasnya
Berbeda dengan konter isi pulsa biasanya yang meminta pelanggannya menuliskan nomor HP pada kertas, Wardi penjual pulsa tunanetra memiliki cara tersendiri.
Pertama-tama, Wardi meminta pembeli untuk menyebutkan nomor HP yang akan diisi pulsa, sementara pembeli menyebutkan nomor HP, Wardi menyalin nomor tersebut dalam huruf brille pada koran bekas dengan menggunakan reglet dan stilus.
“Reglet ini untuk membuat huruf braile, jadinya nanti ada tonjolan di koran bekasnya yang membentuk angka braile,” ujarnya.
Selanjutnya Wardi menyebutkan nomor ulang nomer HP dan mengkonfirmasi ke pembeli apakah benar atau salah. Jika sudah benar, maka Wardi kemudian memasukan nomer ke HP dengan cara manual.
“Saya ingat-ingat, posisi kalau angka ini dimana, huruf ini dimana, jadi modalnya ingat dan terbiasa,” tambahnya.
Setelah itu dia mendekatkan HP ke telinganya untuk mendengar bunyi notifikasi apakah berhasil terkirim atau tidak.
“Setelah itu saya kirim, saya dengarin bunyinya, bunyi pulsa terkirim dengan pulsa tidak terkirim itu beda suaranya,” tutup nya dengan senyuman.
———————————————————-
Kamis, 14 Mei 2015
Jurnalis : Mohammad Natsir
Fotografer : Mohammad Natsir
Editor : ME. Bijo Dirajo
———————————————————-
Lihat juga...