Kisah Pelajar Tunanetra, Tegar Jalani Hidup Sebatangkara

Kamar Slamet di Ruang Pramuka SMPN 2 Sewon Bantul
CENDANANEWS (Yogyakarta) – Ketika para siswa dan siswi pulang, SMP N 2 Sewon Bantul pun mulai sepi. Hanya tersisa Slamet (16) pelajar tunanetra yang kini masih duduk dibangku kelas 7 dan beberapa temannya yang mengikuti les. Ketika teman-temannya keluar kelas lalu pulang, Slamet justru berjalan ke ruang Pramuka yang merupakan tempat tinggalnya.
Karena tidak memiliki uang untuk kos, sejak Februari 2015 Slamet tinggal ruang Pramuka dengan izin guru dan kepala sekolahnya. Di ruang Pramuka itu ada dua kasur tipis tempatnya biasa tidur. Selain itu ada juga kipas angin dan sebuah tape radio sebagai hiburannya.
“Saya sejak Februari tinggalnya di sini, nggak punya tempat berteduh lagi,” ujarnya.
Sebelumnya, Slamet sempat tinggal di asrama Yayasan Tunanetra Islam di daerah Danunegaran, Yogyakarta. Namun karena dia keluar dari asrama dan memilih sekolah di SMP 2, dia harus keluar dari asrama.
“Saya sempat ngekos, tapi pas uang sudah habis, saya nggak bisa bayar kos dan juga makan,” ungkapnya.
Slamet sendiri mengaku sudah berada di Jogja sejak tahun 2011 sementara keluarganya berada di Muntilan, Magelang, Jawa Tengah. Dia memutuskan untuk ke Jogja supaya bisa sekolah.
“Kalau tidak sekolah gimana nasib saya, saya ini sudah punya keterbatasan, kalau tidak sekolah mau jadi apa saya nantinya. Bagi saya ilmu adalah pengganti keterbatasan saya,” tandasnya.
Sejak tahun 2013 Slamet hidup sebatang kara di Jogja. Tidak ada keluarga dan saudara yang hidup sekitarnya. Pada tahun 2013 Slamet ditinggal pergi oleh keluarganya tanpa ada pemberitahuan sama sekali.
Saat itu Slamet yang masih berada di Yayasan Tunanetra Islam di Jogja merasa ada kejanggalan dari keluarganya. Secara mendadak, ayahnya Suhardi dan ibunya Asminah tidak bisa dihubungi lagi lewat telpon. Orang tuanya pun tidak menghubunginya.
“Kok sudah lama nggak ada kabar, akhirnya saya memutuskan untuk pulang ke Muntilan,” ujarnya.
Betapa kagetnya Slamet ketika sampai, dia tidak menemukan keluarganya di rumah kontrakan yang selama ini ditinggali. Dia pun bertanya kepada tentangga dan pemilik kontrakan, namun tidak ada yang tahu keberadaan keluarganya.
“Yang punya kontrakan juga nggak tahu kalau keluarga saya sudah nggak di situ, perginya diam-diam,” paparnya.
Mendengar itu Slamet tidak langsung patah arang. Dia tetap berusaha tegar untuk melanjutkan hidup. Dia kemudian memutuskan untuk kembali ke Jogja.
“Saya kembali ke Jogja karena sudah tidak ada keluarga lagi di Muntilan, Jogja ini satu-satunya tempat dimana saya punya teman dan kenalan yang perhatian dan peduli dengan saya,” ungkapnya.
Mendapatkan tempat tinggal di ruang Pramuka SMP N 2 Bantul tidak lantas menyelesaikan masalah Slamet (16) pelajar tunanetra. Pasalnya, Slamet juga butuh uang untuk makan, minum dan kebutuhan lainnya, padahal dia tidak memiliki pekerjaan.
Karena itu, Guru-guru dan Kepala Sekolah berinisiatif untuk mengumpulkan sumbangan sukarela setiap bulannya untuk menanggung hidup Slamet.
“Guru-guru di sini patungan untuk biaya hidup Slamet, saya minta tolong ke tukang kebun untuk belikan makan untuk Slamet setiap hari,” ujar Asnawi Kepala Sekolah SMP N 2 Sewon, Bantul.
Selain itu beberapa guru juga ada yang memberikan uang jajan langsung kepada Slamet. Meski tidak seberapa namun uang tersebut bisa digunakan Slamet untuk jajan seperti teman-temannya.
“Orang tuanya kan sudah tidak lagi mau ngurusi, padahal anak ini begitu semangat untuk sekolah. Kami anggap ini adalah bagian dari tanggung jawab kami,” ungkapnya.
Tidak hanya guru dan kepala sekolah yang perhatian kepada Slamet. Beberapa temannya juga kerap mengunjungi Slamet di sekolah saat sore hari, bahkan beberapa ada yang menginap untuk menemani Slamet.
“Ada juga siswa yang menginap menemani Slamet, nggak setiap hari, tapi ada perhatian dari temannya, itu yang penting,” tandasnya.
Slamet, semoga kamu tetap tegar dalam kesendirian dan kepapan menjalani kehidupan ini.
———————————————————- 
Kamis, 14 Mei 2015
Jurnalis     : Mohammad Natsir
Fotografer : Mohammad Natsir
Editor       : ME. Bijo Dirajo
———————————————————-
Lihat juga...