Seruan Presiden Soeharto untuk Merombak Sikap Mental


CENDANANEWS (Mengenal Jenderal Besar HM. Soeharto) – Awal masa kepemimpinan Jenderal Soeharto bertepatan dengan berakhirnya kekuasaan rezim Orde Lama negara dalam keadaan krisis multidimensi. Krisis politik dan keamanan pada puncaknya terjadi penculikan disertai pembunuhan para Pahlawan Revolusi belum lagi gerakan-gerakan separatis diberbagai daerah untuk memisahkan diri dari NKRI. Ditambah lagi dengan krisis ekonomi yang ditandai dengan kenaikan harga-harga bahan kebutuhan hidup bahkan kelangkaan persediaannya sehingga menyebabkan melonjaknya angka kemiskinan dan kelaparan ditengah-tengah masyarakat pada waktu itu. Masa transisi inilah kepemimpinan Jenderal Soharto diuji untuk menstabilkan kehidupan sosial, politik, ekonomi dan keamanan masyarakat yang sedang mengalami krisis multidimensi tersebut.
Sebagai pemimpin pasukan bersenjata Jenderal Soeharto telah terbukti mampu dan mumpuni menaklukkan musuh bangsa ini demi menjadi negara merdeka yang berdaulat, kini pada waktunya kepemimpinan sang Jenderal diuji untuk menaklukkan musuh bangsa yang lebih kompleks.
Selain upaya-upaya konkrit yang dilakukan Jenderal Soeharto untuk kembali membangun kehidupan sosial, politik, ekonomi dan keamanan dengan melakukan pembangunan disegala sektor, Jenderal Soeharto juga menyerukan kepada segenab bangsa ini untuk merombak kondisi mentalnya dalam mengisi dan menyikapi pembangunan ditengah puing-puing kehidupan berbangsa dan bernegara. Berikut ini sebagian catatan sejarah yang disampaikan Presiden Soeharto dalam buku Jejak Langkah Pak Harto seri ke-2 (28 Maret 1968 – 23 Maret 1973):
Sabtu, 17 jan 1970
Bertempat di istana negara sewaktu melantik Lembaga Pemilihan Umum dan Panitia Pemilihan Umum. Presiden menjamin bahwa parpol tidak akan dibubarkan karena akan menumbuhkan benih-benih kediktatoran, namun mengenai pendapat tentang perombakan struktur politik untuk menyehatkan kehidupan demokrasi dan memantapkan stabilitas nasional Presiden berpendapat bahwa untuk masa sekarang ini yang terpenting bagi tegaknya Orde Baru adalah perombakan sikap mental, perombakan pola berpikir dan bekerja kita. Selama perombakan semacam ini tidak kita lakukan, struktur politik apapun bukan merupakan jaminan bagi kehidupan demokrasi dan stabilitas nasional.
Rabu, 27 Januari 1971
Didepan gubernur dan bupati seluruh Indonesia di Istana Merdeka. Presiden meminta agar para gubernur dan bupati mengajak semua partai politik dan organisasi karya membina kesadaran politik yang sehat, kesadaran hidup bernegara, yang pada tingkat daerah dapat disalurkan pada kesadaran bersama-sama mengatur rumah tangga pembangunan daerah, melalui DPRD. Juga diminta untuk merombak sikap mental dan pola pikir warisan Orde Lama seperti “politik memegang komando”, “kebebasan untuk kebebasan”, “perang ideologi” harus kita tinggalkan jauh-jauh. Diingatkan bahwa masalah ideologi bukan persoalan dan tidak boleh dipersoalkan lagi karena ideologi sudah jelas Pancasila.
Kamis, 01 Juli 1971
Didampingi Gubernur DKI Ali Sadikin dan Menteri P dan K, Mashuri,  Presiden meresmikan STM Pembangunan di Jakarta. Ketertinggalan teknologi kita dengan negara-negra maju harus kita kejar untuk mempercepat tercapainya masyarakat maju dan sejahtera maupun untuk menempatkan bangsa kita sejajar dengan bangsa-bangsa lain dalam bidang ekonomi. Dengan mengenal manfaat teknologi berarti telah tertanam pula salah satu sikap mental yang diperlukan bagi manusia pembangunan, yaitu menggunakan akal dan usaha untuk memanfaat kan keadaan alam. Untuk itu petani harus dapat mengubah sikap “nrimo” terhadap alam yang mengaggap alam itu kejam. Dengan mengenal dan menggunakan hasil teknologi secara tepat merupakan upaya dalam usaha-usaha pembangunan.
Senin, 16 Agustus 1971
Amanat kenegaraan di depan sidang DPR-GR dalam rangka peringatan Hari Kemerdekaan. Presiden mengatakan peningkatan produksi dalam negeri dan peningkatan kondisi ekonomi tidak akan terjadi kecuali bangsa Indonesia mengubah kondisi mentalnya ke arah yang positif. Untuk itu perlu diciptakan kondisi dimana masyarakat lebih banyak menggunakan produksi-produksi dalam negeri sebagai implementasi sikap nasionalisme pada bidang ekonomi.
Senin 20 Desember 1971
Pada pembukaan muktamar NU ke-25 di gedung Muallimat NU Wonokromo Surabaya. Dalam hal pembaharuan struktur dan kehidupan politik yang telah melalui ketetapan MPRS yang mengharuskan adanya penyederhanaan kepartaian, organisasi massa, dan kekaryaan. Dijelaskan lebih jauh oleh Presiden bahwa penyederhanaan tidak hanya mencakup dalam jumlahnya, tetapi juga yang mennyangkut pembaharuan sikap mental, serta berpola pikir dan tingkah laku. Dalam hubungan ini, Jenderal Soeharto mengharapkan agar politik tidak diorientasikan kepada kekuasaan semata-mata, tetapi kepada pembangunan.
Sebagai pemimpin seluruh elemen bangsa Jenderal Soeharto memiliki pemikiran orisinil dalam membangun bangsa ini tak terlepas dari pembangunan sikap mental bangsa diantaranya, perombakan struktur politik harus disertai dengan perombakan sikap mental yang tidak bertujuan untuk kekuasaan semata namun demi kehidupan demokrasi dan politik bangsa yang berdasarkan ideologi Pancasila, menghilangkan sikap gampang menyerah dan apatis untuk itu diperlukan penguasaan teknologi agar bangsa ini mampu menaklukkan rintangan-rintangan yang dihadapi, menumbuhkan sikap nasionalisme khususnya dibidang ekonomi dengan mencintai dan menggunakan produksi dalam negeri.
Jenderal Soeharto adalah pemimpin yang visioner, beliau mampu berfikir jauh kedepan serta menguasai permasalahan yang dihadapi bangsanya, sehingga pemikirannya masih dapat diaplikasikan hingga saat ini ditengah kondisi bangsa yang telah kehilangan jatidirinya.
———————————————————–
Kamis, 30 April 2015
Penulis : Gani Khair
Fotografi : Dokumen Resmi HM. Soeharto
Editor : Sari Puspita Ayu
———————————————————–
Lihat juga...