![]() |
Dwi Estiningsih Memberikan materi |
CENDANANEWS (Yogyakarta) – Peran serta orang tua dan lingkungan sangat penting dalam pencegahan dan menekan kekerasan seksual terhadap anak. Hal tersebut disampaikan Psikolog Dwi Estiningsih, M.Psi.,Psi kepada cendananews.com, usai menggelar TalkShow Pendidikan Seks untuk Anak yang bertema “Mencegah Kejahatan Seksual Pada anak”, di Kecamatan Ngampilan, Yogyakarta, Minggu (5/4/2015).
Disebutkan, pelaku kekerasan seksual lebih banyak berasal dari orang dekat korban, seperti tetangga, dan orang yang sudah diperlakukan layaknya keluarga sendiri.
“Biasanya korban memanggil pakde, om atau simbah,”kata Esti menggambarkan kedekatan pelaku dengan korban.
Esti menyebutkan, saat ini kekerasan seksual terhadap anak laksana gunung es, yang muncul kepermukaan masih sebahagian kecil. Seperti halnya kecamatan Ngampilan, yang ditangani pihak berwajib sampai pengadilan baru tiga kasus, dan ada 3 kasus yang belum sampai pengadilan karena keluarga yg tidak menghendaki.
“Itu yang ketahuan, sementara yang tidak ketahuan saya yakin masih banyak,”katanya.
Disebutkan, terjadinya kekerasan tersebut disebabkan oleh beberapa hal, diantaranya kurangnya perhatian orang tua terhadap pengasuhan anak, seperi keluarga single parent, atau anak dibiarkan tanpa pengawasan.
“Kurangnya pengetahuan masyarakat tentang kejahatan seksual juga menjadi salah penyebab,”katanya.
Dijelaskan, karakteristik umum dari pekaku antara lain:
– Pelaku mempunyai riwayat kekerasan pd anak semasa kecil ( fisik maupun seksual), pelaku adalah korban di masa lalunya.
– Pelaku adalah pengguna miras atau napza lainnya.
– Pelaku pelecehan seksual disebabkan kurang mengalami kepuasan seksual dengan orang dewasa.
– Pelaku pelecehan seksual kontrol emosinya kurang.
– Pada banyak kasus, pelaku pelecehan seksual adalah penderita gangguan jiwa.
Untuk mengantisipasi, peran orang tua sangat menentukan dalam pengawasan. Pencegahan dapat dilakukan dengan beberapa cara, diantaranya:
– Orang tua menjalin kedekatan emosional dan komunikasi yang hangat dengan anak.
– Orang tua harus memiliki pengetahuan untuk melakukan pendidikan seksualitas bagi anak.
– Orang tua mengajarkan pada anak untuk berkata “tidak” terhadap berbagai hal yang mengganggu.
– Orang tua mengenali di mana dan dengan siapa anak menghabiskan waktunya.
– Orang tua cepat tanggap jika terjadi kejahatan seksual pada anak sendiri atau anak orang lain.
Sementara, untuk lingkungan juga diharapkan cepat tanggap jika ada indikasi kejahatan seksual pada anak, cepat bertindak dengan cara melaporkan kepihak terkait untuk penanganannya.

Untuk pengetahuan, dapat dilakukan dengan mengikuti talkshow, seminar dan lain sebagainya. Masyarakat harus punya pengetahuan tentang pendidikan seksualitas untuk menghindarkan kejahatan seksual pada anak.
“Selama ini pendidikan seksualitas dianggap tabu,”katanya.
Peran serta pemerintah juga sangat penting dalam penanganan kasus tersebut. Seperti yang dilakukan oleh Forum Perlindungan Korban Kekerasan Kec. Ngampilan yang melibatkan segenap muspika: PKK, Camat, Koramil, Polsek, KUA, BP4, dan Puskesmas.
“Diharapkan agar segala jenis kekerasan dapat ditangani segera,”jelasnya.
Talkshow tersebut dilaksanakan dalam rangka program edukasi dari FPKK dan Biro Konsultasi Mitra Keluarga, mendukung gerakan Kecamatan Sayang Ibu.

Tindak lanjutnya adalah dilakukan workshop pendidikan seksualitas untuk anak, mencegah kejahatan seksual pd anak, dengan sasaran peserta adalah kader PKK, kader mitra keluarga, aparat kampung rt/rw.
“Tujuannya adalah mereka menjadi agen untuk sosialisasi di wilayah masing masing,”kata Esti yang juga dikenal sebagai Psiko Selebtwit mengakhiri wawancara eklusif bersama cendananews.com.